Ketika alam semesta dan Sang Pencipta mengijinkan, maka hadirlah apa yg kita impikan. Hadir penuh...utuh... Bermula dari suatu waktu saya menemukan bukunya Adjie, Sejenak Hening, (secara kebetulan), kemudian (secara kebetulan) saya sharing di sebuah grup mengenai proses apa yang sedang saya lakukan yaitu diantaranya belajar utk mindful kemudian kami berdiskusi mengenai isi buku tsb dan kemudian ada keinginan utk mengajak sang penulis buku utk bisa berbagi, berlanjut dengan saya upload buku Sejenak Hening di facebook dg mention Adjie Silarus dan (secara kebetulan) mendapat sahutan dari ybs dan salah seorang anggota grup, Shanty, maka bertemulah kami....(secara kebetulan = ketika alam semesta dan Sang Pencipta mengijinkan, karena tdk ada 1 kejadianpun yang terjadi secara kebetulan).
Mindfulness adalah sebuah konsep yang sebetulnya berasal dari budaya Timur. Sebut saja “salse/nyalse,” dlm artian rileks, santai, tdk terburu-buru, tdk dikejar-kejar sesuatu, mengerjakan sesuatu dlm kondisi yg nyaman. “Legowo,” dlm artian ikhlas, hati yang ikhlas baik dalam menerima sesuatu ataupun melepaskan sesuatu. Konsep ini sdh ada sejak lama dalam budaya Timur namun sayangnya kita kurang menyadari filosori yang terkandung di dlmnya.
Mindfulness..hadir penuh..utuh..disini..saat ini. Hadir penuh dan utuh, bukan hanya raga tetapi juga jiwa. Ketika kita berinteraksi atau bermain dengan anak, sangat penting kita “hadir,” bukan hanya fisik kita ada di dekat anak tetapi juga pikiran dan hati kita ada bersama anak secara utuh. Anak memiliki kemampuan yang luar biasa utk merasakan kondisi kita, termasuk ketika kita tdk hadir penuh utuh. Anak yang rewel, bisa jadi bukan karena kondisi mereka, tetapi krn kondisi kita yg tdk hadir penuh utuh. Anak bisa merasakan itu! Coba saja ketika waktunya tidur siang. Semakin kita menginginkan anak utk cepat tidur krn yg ada dlm pikiran kita adalah cucian yg masih numpuk, hrs cepat-cepat pergi krn ada janji meeting dg org, pekerjaan-pekerjaan yg belum selesai, maka semakin anak tdk bisa tidur cepat. Mereka bisa merasakan emosi kita, mereka bisa merasakan kondisi kita yg sedang terburu-buru hrs pergi, mereka bisa merasakan ketidaktenangan kita krn ada pekerjaan-pekerjaan yg hrs segera diselesaikan. Mindfulness..hadir penuh..utuh..disini..saat ini. Disini saat ini. Bukan besok atau minggu depan atau bulan depan atau tahun depan. Bukan pula kemarin atau minggu yang lalu atau bulan yang lalu atau tahun yang lalu. Masa depan belum terjadi dan masa lalu sudah terjadi. Kita ada sekarang, di saat ini, disini. Bukan artinya kita tdk memikirkan masa depan atau visi atau cita-cita kita. Bukan pula artinya kita tdk memikirkan masa lalu utk mengambil pelajaran dari masa lalu tsb. Tetapi saat ini yg kita pikirkan adalah apa yg ada di hadapan kita. Melepaskan masa lalu, tidak terlalu merisaukan masa depan, tapi tetap melakukan pembelajaran akan yang terjadi di masa lalu, dan lebih matang merencanakan.
Pembelajaran masa lalu hanya bisa dipetik ketika sadar penuh di sini kini.
Perencanaan matang masa depan hanya bisa dibuat ketika sadar penuh di sini-kini. Mindfulness melatih diri bukan untuk berinovasi (cepat), tapi lebih ke kaizen (perlahan tapi pasti). Tujuan jangka panjang dibreakdown sedetail mungkin
Ketika kita sedang mengerjakan sesuatu tetapi pikiran kita mengembara ke masa lalu (kenapa ya kemarin saya tdk melakukan itu) ataupun masa depan (apa ya yg bsk hrs sy kerjakan) secara bersamaan, maka apa yg kita kerjakan saat ini akan tdk optimal. Tanpa kita sadari, kita akan lebih tdk efektif dan akan lebih tdk efisien ketika kita melakukan sesuatu secara bersamaan (multi tasking). Dan yg terpenting, kita akan merasa tdk tenang. Hidup menjadi sebuah beban yg cukup berat, krn ada kekhawatiran akan masa depan dan (mungkin) penyesalan akan masa lalu.
Mindfulness jg berarti berani melepaskan. Hidup pada akhirnya sebenarnya adalah sebuah proses melepaskan...mengikhlaskan sesuatu yg melekat. Kehidupan adalah belajar utk melepaskan bukan belajar mendapatkan. Berani memilih apa yg hrs kita lepaskan dan berani menerima apa yg sdh pada saatnya kita lepaskan. Yg pertama adalah berani utk mengatakan tdk utk kesempatan yg tdk sejalan dg nilai-nilai kita dan yg kedua adalah berani utk melepaskan apa yg sdh kita usahakan sedemikian rupa tetapi ternyata alam semesta dan Sang Pencipta tdk mengijinkan, krn mgkn hal itu bukanlah yg terbaik bagi kita. Batasan utk mengatakan tdk...kapan kita memilih utk mengatakan tdk, ada pd diri kita sendiri. Terkadang kita lebih mengarahkan lensa kita keluar (melihat dan mendengarkan org lain melalui berbagai media dan kemudian membandingkan diri kita dg org lain), dan memberikan porsi lebih sedikit utk mengarahkan lensa kita ke dalam (melihat, mendengarkan, dan merasakan kemampuan kita sendiri). Seyogyanya keduanya berjalan seimbang. Seperti filosofi Timur Sisi Yin-Yan , manusia itu dibagi dlm 2 ranah yaitu being dan doing. Seringkali kita berperan sebagai human doing daripada human being. Kita akan akan kelelahan tanpa dibekali being.
Visi, cita-cita, keinginan, juga berharap, bergerak cepat, masa depan, mendapatkan dan berusaha supaya tidak lepas yang sudah didapatkan itu termasuk “Doing.”
Sedangkan yang termasuk “Being” adalah menerima, ikhlas, bersabar, hening, saat ini, di sini-kini.
Catatan sy dari apa yg sy bisa cerna. Mohon maaf jika ada kekeliruan dalam menangkap. Hidup tak hanya terus bergerak dalam riuh keramaian , tapi juga sesaat butuh terdiam dalam keheningan.
Terimakasih tak terhingga utk Adjie Silarus, Shanty, dan teman-teman. Terimakasih juga tentunya kpd Ira, utk bantuan dan foto-fotonya. Ada secercah harapan utk bisa bertemu dan berdiskusi lagi karena dlm konsep pendidikan Waldorf, salah satu tugas guru dan orang tua adalah melakukan inner working, refleksi dan pembelajaran ke dalam diri sendiri utk mengeluarkan yang terbaik bagi anak-anak kita....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar