Bulan tak pernah ingkar menjadi sabit
Ia pun tak pernah ingkar menjadi purnama
Senja tak pernah ingkar tuk datang kembali
Tak pernah ingkar mengantarkan siang kepada malam
Komitmen langit pada janjinya
Tak akan pernah goyah
Hingga mungkin suatu saat nanti
Hingga langit benar-benar tak dapat mempertahankannya
Namun apa yang terjadi di bawah sana?
Air tak henti beriak
Tak pernah berkomitmen untuk diam
Namun ia selalu mengisi ruang-ruang yang kosong
Tanah pernah bergoncang
Tak lagi mempertahankan komitmennya menyangga bumi
Namun ia selalu menjadi tempat kembali
-----------------------------
Komitmen, integritas dan mungkin juga konsistensi adalah tiga kata yang cukup sulit untuk dipertahankan. Padahal ketiga kata ini mengandung unsur bagaimana seseorang mempertahankan sesuatu yang telah ia janjikan. Mempertahankannya dalam kata yang sejalan dengan perbuatan.
Tentu ada suatu saat hadir yang namanya perubahan. Perubahan yang sejatinya berasal dari nalar. Hasil cernaan di kepala. Berharap bahwa perubahan itu adalah sesuatu yang lebih baik, lebih matang dicerna dari hasil pemikiran terdahulu yang kurang matang, yang mungkin terjadi karena terlalu reaktif akan suatu kondisi.
Wajar saja terjadi. Manusiawi. Namun seperti langit, ketika ia tak dapat mempertahankan komitmennya, ia akan memperlihatkan tanda-tandanya. Seperti senja yang menggantikan siang menjadi malam, ialah pembawa berita manakala tiba saatnya siang tak lagi dapat mempertahankan keberadaannya. Namun....bukankah siang telah menyelesaikan tugasnya dan berkomitmen memberikan tempatnya pada sang malam? Bukankah siang menepati janjinya untuk kembali lagi esok hari?
Bagaimana dengan kita? Apakah kita seorang manusia yang memiliki integritas, melakukan sesuatu sesuai apa yang kita ucapkan, sesuai dengan yang sudah kita janjikan menjadi sebuah komitmen? Apakah kita adalah senja yang tidak menyebabkan terang tiba-tiba menjadi gelap? Apakah kita adalah senja yang memberikan kabar jika ada suatu perubahan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar