Waldorf Education pertama kali digagas oleh seorang filsuf dari Austria, Rudolf Steiner. Saat ini sudah hampir 1000 sekolah Waldorf tersebar di seluruh dunia. Rudolf Steiner percaya bahwa ilmu pengetahuan, seni, dan spiritual adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu dalam setiap materi pendidikannya, ketiga hal tersebut selalu terintegrasi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara utuh.
Hal lain yang unik dari konsep pendidikan Waldorf ini adalah bahwa pendidikan dilakukan tidak hanya berfokus pada kepala (intelegensia) saja, namun juga melibatkan tangan dan hati. Oleh karena itu membuat karya seni dan kerajinan, menceritakan kisah-kisah yang indah, drama, dan musik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan Waldorf.
Pada sekolah-sekolah Waldorf, anak-anak mengikuti kegiatan yang disesuaikan dengan perkembangan usianya. Banyak hal-hal menarik yang ditemui di sekolah Waldorf. Salah satunya adalah anak usia taman kanak-kanak TIDAK diajari membaca dan menulis, namun para guru lebih mempersiapkan fisik anak agar nantinya mereka dapat fokus dalam rentang waktu yang diperlukan ketika membaca dan menulis (cukup banyak anak-anak usia SD sekarang ini yang tidak dapat duduk diam dan fokus ketika membaca dan menulis bukan?)
Konsep pendidikan Waldorf sangat menghargai anak sebagai manusia yang memiliki kebebasan sesuai dengan perkembangan usianya. Proses yang dilalui anak jauh lebih penting ketimbang hasil instant yang seringkali membuat anak kita "menguasai" suatu hal padahal mereka belum siap melakukannya.
Hal lain yang menarik dari konsep pendidikan Waldorf adalah konsistensi konsep pendidikan ini dalam upaya mengembangkan imajinasi anak. Tidak hanya sekedar label yang dijadikan daya tarik sebuah sekolah, namun hal ini benar-benar diterapkan dalam kegiatan-kegiatannya. Sebagai contoh adalah boneka-boneka yang dijadikan mainan ataupun alat bantu story telling. Untuk anak usia tertentu, boneka-boneka ini tidak diberi mata, telinga, hidung, dan mulut. Salah satu tujuannya adalah agar anak memiliki imajinasi sendiri berkaitan dengan ekspresi boneka ini. Anak bisa membayangkan boneka tersebut sedang tersenyum, tertawa, marah, senang, sedih atau apa saja sesuai dengan imajinasi anak. Contoh lainnya adalah sampai dengan anak umur sekitar 6 – 7 tahun, kegiatan menggambar yang diberikan adalah berupa painting dengan menggunakan cat air dan kertas yang telah dibasahi (wet on wet painting). Anak diberi kebebasan untuk menyapukan kuas dan bukanlah menggambar suatu bentuk, apalagi menggambar sesuatu berdasarkan contoh dari gurunya. Warna yang dipergunakanpun hanyalah tiga warna yaitu merah, biru, dan kuning. Anak dapat mencampur warna untuk menghasilkan warna-warna lain yang diinginkan. Hal ini kembali lagi bertujuan untuk mengembangkan imajinasi anak. sebebas-bebasnya sehingga nantinya diharapkan kreativitas anak akan muncul dengan sendirinya.
Proses kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai oleh konsep pendidikan Waldorf ini cukup masuk akal, karena tentunya kita tidak mengharapkan gambar dua buah gunung, sawah, dan rumah ketika anak diminta menggambar pemandangan, bukan? Lebih jauh lagi, kita berharap anak-anak kita dapat mencari solusi yang lahir dari proses berpikir mandiri ketika mereka kelak dewasa, bukan sekedar solusi usang yang sudah tidak reliable lagi dengan situasi yang mereka hadapi.
Di bawah ini beberapa contoh setting kelas Waldorf. (Gambar dari berbagai sumber)
OVERVIEW OF WALDORF EDUCATION
Waldorf
Education was first initiated by the Austrian philosopher Rudolf Steiner. There
is now nearly 1,000 Waldorf schools spread all over the world. Rudolf Steiner
believed that science, art, and spiritual are three things that can’t be
separated. Therefore, in every matter of education, these three
things are always integrated so the children can grow and develop as a
whole.
Another thing that is unique about Waldorf
education concept is the education not only focus on head
(intelligence), but also involves the hands and the hearts. Therefore, make
arts and crafts, telling wonderful stories, drama, and music are an integral part of Waldorf education.
In Waldorf schools, children follow
the activities based on their developmental age. Lots of interesting things
found in Waldorf schools. One of which is
the children at kindergarten ages will NOT taught to read and write, but the
teachers more physically prepare children so that later they can be focused in
the time frame they are ready to read and write
(quite a lot of kids at elementary school age today are not able to sit silent
and focus when reading and writing isn’t it?)
The concept of Waldorf education
really appreciate children as a human being who have freedom in
accordance with their age development. The process is much more important than
instant results that often make our children "mastering” something when
they are not ready to do so.
Another interesting point of Waldorf education is the consistency of this
educational concept in an effort to develop a child's imagination. Not just a
label is used as the attractiveness of a school, but it is actually applied in
its activities. For example, the dolls were used as toys or storytelling tools.
For children of a certain age, these dolls are not given eyes, ears, nose, and
mouth. One goal is for children to have their own imagination associated with
the expression of this doll. Children can imagine the doll is smiling,
laughing, angry, happy, sad, or anything in accordance with the child's imagination.
Another example is up to the age of about 6-7 years, drawing activities is
provided in the form of painting with watercolors and paper that has been
moistened (wet on wet painting). Children are given the freedom to sweep the
brush and not draw a shape, let alone draw something based on the example of
his teacher. They only use three colors: red, blue, and yellow. Kids can mix
colors to produce other colors as desired. Again, this thing aims to develop
children's imagination freely so that the child will have their own creativity by
themselves.
The process and the purpose to be achieved by the concept of
Waldorf education is quite reasonable, because of course we do not expect a picture
of two mountains, fields, and homes when children were asked to draw
landscapes, isn’t it? Furthermore, we hope that our children can look for a
solution that is born from
independent thought processes when they mature later, not only outdated solutions
that are not reliable anymore with their situation.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar