Bermain bebas merupakan aktivitas mandiri tanpa campur tangan orang dewasa. Bermain secara mandiri dapat mengembangkan imajinasi, kreativitas, motorik kasar dan motorik halus, kemampuan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dan keterampilan berbahasa. Menurut David Elkind, penulis buku The Power of Play (Da Capo Press, 2006), permainan imajinatif adalah katalis bagi perkembangan sosial, fisik, emosi, dan moral pada anak-anak. Bermain yang didasarkan pada ide spontan seorang anak adalah salah satu kegiatan inti di TK Waldorf. Mainan yang sederhana dan berjenis open-ended atau jenis mainan yang memberikan kebebasan kepada anak untuk bereksplorasi dan merubahnya menjadi apa saja yang mereka inginkan, sangat bermanfaat bagi permainan imajinatif. Potongan kain sutera, katun, wol, dan bahan-bahan natural lainnya. Anak-anak akan menemukan banyak sekali kegunaan dari barang-barang tersebut. Potongan kain dapat berubah dari mulai menjadi sayap kupu-kupu, jubah seorang puteri, hingga berubah menjadi kostum hantu di luar angkasa hanya dalam waktu setengah jam. Potongan kayu bisa menjadi mobil-mobilan dan sesaat setelahnya bisa menjadi rumah.
Hasil dari sebuah penelitian memberikan dukungan agar tidak terburu-buru memperkenalkan pendidikan akademis. Sebuah studi terhadap 100 buah taman kanak-kanak di Jerman membuktikan bahwa anak-anak berasal dari TK "akademis" dimana mereka belajar membaca dan berhitung, pada kenyataannya akan menunjukkan performa yang lebih buruk di tingkat-tingkat berikutnya dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari TK yang berbasis permainan. Anak-anak di Finlandia, dimana sekolah tidak dimulai hingga umur 7, secara rutin memimpin dalam nilai sastra, matematika, dan sains dibandingkan anak-anak lain di seluruh dunia.
Sepanjang permainan di dalam ruangan, anak-anak menggunakan objek-objek permainan untuk ‘belajar’ mengurutkan, menghitung, membandingkan, melihat perbedaan, mengkategorikan, dan menciptakan sesuatu. Mereka mengenal bentuk-bentuk dan pola-pola sambil membangun desain-desain geometris yang mereka buat sendiri. Dengan menggunakan pemodelan bentuk dari bahan beeswax, anak-anak membangun bentuk-bentuk geometris dan bentuk-bentuk bebas. Bahan-bahan seni dan kerajinan tangan, serta kostum-kostum dan boneka-boneka memberi kesempatan anak-anak untuk menggambar, bercerita dan memerankan cerita serta terlibat dalam permainan kreatif lainnya.
Beeswax modeling
Pengembangan
keterampilan motorik kasar adalah hal
penting bagi anak usia dini. Selama bermain di luar, anak-anak akan
didorong untuk aktif secara fisik di tempat yang aman dan terawasi, dimana tempat ini memang
digunakan khusus untuk mereka. Para murid dapat
bermain lompat tali atau melewati rintangan. Anak-anak meningkatkan pemahaman
dan pengalaman prinsip-prinsip ilmiah dasar melalui pengamatan dan manipulasi
lingkungan mereka selama bermain di luar ruangan, seperti belajar tentang
cuaca, musim, dan tanaman dan binatang-binatang yang ada di area tersebut. Dengan bermain jungkat-jungkit,
tangga, ayunan, dan balok keseimbangan, anak-anak akan mengalami hukum dasar
kinestetika fisika. Pentingnya kerja keras dipelajari ketika mereka
berpartisipasi dalam proyek-proyek outdoor sesuai musim dan mempercantik area
bermain mereka sendiri melalui berkebun, melukis, dll.
Free play is a self-directed activity. A child’s self-directed play develops imagination, creativity, large and fine motor development, problem solving, social skills and verbal skills. According to David Elkind, author of The Power of Play [Da Capo Press, 2006], imaginative play is the catalyst for social, physical, emotional, and moral development in young children. Play based on the children’s own spontaneous ideas is one of the Waldorf kindergarten’s primary activities. The simple, open-ended toys in the classroom lend themselves to that kind of play. Pieces of fabric - silk, cotton, wool, anything that is natural. Young children will find a multitude of uses for these. A piece of fabric went from being butterfly wings, a princesses cloak to a ghost costume in the space of about half an hour. A piece of driftwood can become a car one minute, and a house the next.
Research provides considerable support for not rushing to introduce academics. A study of 100 kindergartens in Germany found that children in “academic” kindergartens where they learned reading and arithmetic actually performed worse in later grades than children in play-based programs. Finland, where school doesn’t begin at all until age seven, routinely leads the world in literacy, math, and science scores
During indoor play, the children use these objects to sort, count, compare, contrast,categorize and create. They recognize shapes and patterns as they build geometric designs. Using modeling beeswax, the children construct geometric and freeform shapes. Arts and crafts materials, and costumes and puppets allow the children to draw, tell and act out stories and engage in other creative play.
Gross motor skill development is the hallmark of early childhood. During outdoor play, the children will be encouraged to be physically active in a safe, supervised play yard—which is for their exclusive use. Students will be able to jump-rope
or tackle an obstacle course. The children gain experiential understanding of fundamental scientific principles through observing and manipulating their environment during outdoor playtime, such as learning about the weather, the seasons, and plants and animals of the area. Playing on the seesaw, lever systems, and swings and balance beams, the children will experience the fundamental laws of physics kinesthetically. The importance of hard work is learned as they participate in seasonal outdoor projects and beautify their play area through gardening, painting, etc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar