Coba bayangkan ketika kita memiliki 2 orang bos di kantor. Bos yang satu mememerintahkan kita melakukan ini dan bos yang lain menyuruh kita menyelesaikan itu. Apa yang kita rasakan? Apa yang kemudian akan kita lakukan?
Ayah/Ibu : Pake sepatunya, kamu sudah bisa pake sendiri.
Kakek/nenek : sini, kakek pakein sepatunya. kasian dari tadi ga selesai-selesai pake sepatu.
Ayah/Ibu : Kalau sudah selesai main, dibereskan ya
Kakek/Nenek : Ga apa-apa, biar nanti nenek yang bereskan
Ayah/Ibu : Kenapa belum tidur? Ko masih nonton TV?
Kakek/Nenek : Tadi disuruh tidur ga mau, biar aja dia nonton dulu sebentar
Apa yang dirasakan anak ketika dia menghadapi 2 orang atau bahkan mungkin 4 orang bos di rumah? Karena bisa jadi pola asuh antara Ibu, Ayah, Nenek, Kakek masing-masing berbeda. Apa yang kemudian dilakukan anak? Apalagi jika kita tinggal di rumah mertua. Apalagi jika kemudian suami berkata "aahh biarinlah, ga enak kan kita sama ibu bapak, gitu aja ko diambil pusing."
Sistem kekeluargaan di Indonesia membuat orang-orang terdekat seperti kakek dan nenek menjadi pemeran pengganti saat orang tua terutama sang ibu saat bekerja. Pengasuhan yang dilakukan kakek dan nenek sering disebut grandparenting. Bisa diartikan grandparenting adalah kesempatan kedua yang lebih besar atau hebat (grand) untuk menjadi orangtua (parent) “kembali”. Pola asuh yang berbeda antara orangtua dan kakek-neneknya akan membuat si kecil tidak memiliki pegangan atau patokan yang jelas bagaimana seharusnya berperilaku.