Kamis, 24 Desember 2015

Sabtu, 12 Desember 2015

Peace love and hope project by Avy Loftus

Peace Love and Hope promotes anti-bullying through art workshops, public presentations, personal story exchanges, outreach programmes and exhibitions.

Children are invited to participate in batik workshops, where they are taught the batik techniques and have the opportunity to create individual pieces on the theme of peace, love and hope.

The pieces are then assembled into large-scale quilts (will be in 3D shapes in the future) which she organizes with others to tour and exhibit at museums, cultural centres, schools and international children’s festivals, raising awareness and visibility for the anti-bullying cause.








Rabu, 09 Desember 2015

Konsep Pendidikan Waldorf

Buat teman-teman yang bertanya ttg konsep pendidikan Waldorf, mudah-mudahan tulisan yang agak panjang ini bisa memberikan gambaran.

Pendidikan Waldorf
Rudolf Steiner (1861-1925)


TUJUAN 
Menghasilkan individu yang mampu, dalam diri dan dari diri mereka sendiri, memberi makna bagi kehidupan mereka.

Ini artinya sangat dalam. Coba tanya pada diri sendiri apakah sepanjang usia kita ini kita sudah mengetahui apa makna kehidupan kita? Dalam menjalankan peran kita sebagai orang tua, guru, ataupun peran yang berkaitan dengan profesi kita, nilai dan manfaat apa yang sudah kita berikan bagi diri kita sendiri dan orang lain? Ketika kita kuliah, apakah tujuan kita hanya sekedar mendapatkan nilai baik untuk bisa diterima bekerja di suatu perusahaan? Ketika sudah bekerja apakah tujuan kita hanya uang dan karir? Atau bekerja dengan label demi kepentingan anak ataupun keluarga tetapi kemudian ternyata kita hanya menyuplai kebutuhan material mereka dan lupa bahwa anak dan keluargapun butuh waktu, perhatian, kasih sayang, dan pengasuhan serta pendidikan yang tepat?

Coba tanya pada diri sendiri berapa jam dalam sehari kita punya waktu yang benar-benar didedikasikan pada anak kita? Benar-benar fokus mengobrol santai, bermain bersama anak, memasak untuk keluarga, dan kegiatan lainnya yang berfokus pada keluarga.

Seringkali terjadi, “doktrin” yang kita berikan kepada anak adalah : “Sekolah yang rajin ya, supaya nilainya bagus.” Karena tujuannya adalah supaya nilainya bagus, segala cara akan ditempuh anak asalkan nilainya bagus. Termasuk misalnya copy paste tugas dari temen, browsing bahan tugas tanpa memperhatikan sumbernya bisa dipercaya atau tidak. Yang penting adalah nilai bagus, ilmunya dikuasai atau tidak, itu masalah nanti....

Tujuan dari pendidikan Waldorf, 
Menghasilkan individu yang mampu, dalam diri dan dari diri mereka sendiri, memberi makna bagi kehidupan mereka dapat dicapai dengan memberikan pendidikan secara menyeluruh, bukan hanya fokus pada intelegensia ataupun kognitif anak saja tetapi melalui TANGAN, HATI, dan KEPALA. 
Apa yang dikerjakan oleh tangan, akan membangun keinginan yang kuat yang berasal dari dalam dirinya sendiri, (bukan karena orang lain) untuk mengerjakan sesuatu (WILLING). 
Apa yang meresap masuk ke dalam hati, akan dirasakan oleh anak sebagai sesuatu hal yang menyenangkan (FEELING). 
Apa yang masuk ke dalam kepala, akan menstimulasi proses berpikir anak (THINKING).

Integrasi (bukan hal yang terpisah-pisah) dari willing, feeling, thinking melalui tangan, hati, dan kepala merupakan ciri khas dari pendidikan Waldorf dalam memberikan pendidikan yang utuh bagi anak sehingga nantinya mereka akan mampu menemukan makna dalam kehidupan mereka.
Coba tanya pada diri sendiri, berapa banyak orang dengan profesi/perkerjaan tertentu yang “terpaksa” menjalankan profesinya karena tuntutan kebutuhan? Bagaimana hasil pekerjaan mereka?

Melalui pendidikan yang terintegrasi ini, anak diharapkan akan mampu menghasilkan sendiri sebuah solusi, bukan meniru solusi yang sudah ada; mampu berpikir, bukan menghafal; melakukan inisiatif (self motivation) bukan menunggu perintah.

Pendidikan yang menyeluruh ataupun terintegrasi ini diberikan dengan memperhatikan perkembangan alamiah anak. Berdasarkan perkembangan fisik dan psikologis anak, secara umum, Rudolf Steiner membagi tahapan perkembangan anak menjadi 3 kelompok usia, yaitu 0-7th, 7-14th, dan 14-21th.
Hal ini dikaitkan dengan tahapan perkembangan indera anak. Steiner mengemukakan 12 indera yang fokus pengembangannya berdasarkan ketiga kelompok usia tersebut. 

Pada kelompok usia 0-7th, fokus pengembangan pada indera tingkatan pertama (LOWER SENSES), yaitu indera peraba (SENSE OF TOUCH), indera yang berkaitan dengan kesehatan baik secara fisik ataupun psiklogis (SENSE OF LIFE), indera gerak (SENSE OF MOVEMENT), indera keseimbangan (SENSE OF BALANCE).

Pada kelompok usia 7-14th, fokus pengembangan indera tingkatan kedua (MIDDLE SENSES), yaitu indera penglihatan (SENSE OF SIGHT), indera penciuman (SENSE OF SMELL), indera perasa (SENSE OF TASTE), indera yang berkaitan dengan temperatur baik secara fisik maupun psikologis (SENSE OF WARMTH).

Pada kelompok usia 14-21th, fokus pengembangan pada indera tingkatan ketiga (HIGHER SENSES), yaitu (SENSE OF HEARING), indera bicara (SENSE WORD/SPEECH), indera pemikiran (SENSE OF THOUGHT), indera individualitas (SENSE OF EGO).
Perkembangan lower senses akan mempengaruhi perkembangan higher senses, dimana higher senses ini bukan hanya berfokus pada diri sendiri tetapi juga pada kehadiran orang lain. Kemampuan mendengarkan orang lain, memahami perkataan orang lain, empati terhadap orang lain.

Pada pendidikan Waldorf, proses pembelajaran sangat memperhatikan kemampuan anak berdasarkan usianya. Anak usia 0-7th belajar melalui proses imitasi dari apa yang ia lihat (IMITATION). Anak usia ini akan melihat dan menyerap segala sesuatunya sebagai suatu hal yang baik yang ada di dunia ini. Mereka akan meniru apa yang mereka lihat karena mereka menganggap semua yang dilihat adalah hal yang baik untuk ditiru (ketika kita melakukan hal yang buruk, maka anak tetap akan menirunya).  Anak usia 7-14th belajar melalui proses imajinasi (IMAGINATION). 
Usia 14-21th belajar melalui proses pemberian nilai (JUDMENT) .

Agar tujuan pendidikan tercapai melalu proses pembelajaran yang berpihak kepada anak, maka semua yang telah diuraikan di atas tadi dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mengikuti/selaras dengan ritme kehidupan (RHYTHM), kegiatan-kegiatan yang diulang-ulang selama rentang waktu tertentu sehingga menjadi sesuatu yang melekat (REPETITION), dan dilaksanakan dengan cara yang sangat menghormati/menghargai anak sebagai makhluk spiritual (REVERENCE).

Gambaran keseharian anak di Playgroup/TK Waldorf yang mencerminkan hal-hal yang diuraikan di atas tadi :Ritme harian disusun selaras dengan ritme kehidupan siang dan malam, ritme tubuh menghirup udara (BREATHING IN) dan menghembuskan udara (BREATHING OUT)

Anak datang dan disambut oleh guru. Guru menatap anak dengan hangat, tersenyum dan menyalami anak satu persatu (reverence). Pada saat menyalami anak, guru dapat merasakan mood anak melalui genggaman tangan dan ekspresi muka anak. Setelah anak menyimpan perlengkapannya, anak bermain bebas (FREE PLAY) di luar atau di dalam ruangan. Free play adalah bermain bebas tanpa arahan atau instruksi dari guru. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan WILLING. Sementara anak bermain bebas, guru tidak “ikut campur,” guru mengerjakan pekerjaan lain yang “bermakna,” misal menyirami tanaman,menyapu, merapikan sesuatu, dll. Ingat, anak akan meniru. Dan tentunya kita mengharapkan anak meniru hal-hal baik. Free play merupakan kegiatan BREATHING OUT, menyalurkan energi anak. Free play ini sangat penting untuk menstimulasi SENSE OF TOUCH, SENSE OF LIFE, SENSE OF MOVEMENT, SENSE OF BALANCE. Tanpa kita sadari, anak belajar banyak ketika melakukan free play.

Setelah itu biasanya, kita melakukan circle time. Anak berkumpul dalam lingkaran untuk melakukan gerakan olah tubuh ataupun finger play yang disertai dengan nyanyian ataupun kata berima atau bahkan disertai dengan bercerita sambil melakukan beberapa gerakan yang sesuai dengan jalan ceritanya. Circle time merupakan kegiatan BREATHING IN, dimana kegiatan ini membutuhkan fokus dan konsentrasi anak.

Demikian seterusnya semua kegiatan disusun berdasarkan ritme breathing in dan out atau sebaliknya secara berselang seling, sehingga anak tidak akan merasa kehabisan energi ataupun merasa bosan dan letih.

Kegiatan selanjutnya adalah snack time. Snack disiapkan oleh guru dan anak. Anak ikut memotong buah atau sayuran, membuat adonan roti, menyiapkan piring, dll. Di sekolah Waldorf, aktivitas “rumah tangga” adalah hal yang penting diperkenalkan kepada anak. Setelah anak selesai menikmati snack sehat, aktivitas selanjutnya adalah free play. Sekali lagi, free play menjadi bagian yang sangat penting. Mainan yang digunakan adalah mainan sederhana dari bahan-bahan natural, misal mainan kayu, boneka dengan bahan natural, ranting, kerang, potongan kayu, kain-kain dari bahan natural, dll. Open ended toys seperti ini akan dapat mengembangkan imajinasi anak, karena potongan kayu misalnya dapat menjadi sebuah perahu, jembatan, kursi, dan yang lainnya tergantung imajinasi. 
Kali ini, guru biasanya mengerjakan hal baik berupa kegiatan seni dan kerajinan. Misal melukis (di TK Waldorf, melukis dengan teknik wet on wet dan bukan menggambar bentuk), merajut dengan jari, atau beeswax modelling (seperti membuat bentuk dengan playdough). Biasanya anak akan menghampiri guru dan kemudian mereka ingin melakukannya. Sekali lagi, ini akan membangun WILL anak. Melakukan sesuatu dari dalam diri mereka sendiri, tanpa disuruh.

Sebelum pulang, anak mendengarkan cerita (storytelling bukan storyreading). Cara bercerita di Waldorf berbeda dengan yang biasanya kita lihat. Tujuan bercerita di sekolah Waldorf adalah terutama untuk mengembangkan IMAJINASI dan menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa, sehingga nantinya anak akan merasakan keindahan bahasa dalam sebuah cerita yang akan menjadikan mereka sebagai anak yang cinta membaca. Tujuan bercerita di sekolah Waldorf bukan untuk entertaining, sehingga cerita disampaikan dengan suara dan intonasi yang tenang dan ekspresi wajah guru adalah ekspresi yang natural. Bercerita biasanya juga dilakukan dengan menggunakan boneka ataupun properti sederhana lainnya seperti batu-batuan, ranting, daun, dll. Boneka yang digunakan juga sederhana, tanpa mata, hidung, telinga, mulut. Ini dilakukan agar anak bisa berimajinasi sendiri. Boneka bisa menggambarkan karakter yang sedang senang ataupun sedih sesuai dengan jalan ceritanya.

Perpindahan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dilakukan secara “lembut,” biasanya menggunakan nyanyian yang mengajak anak dan juga melalui contoh tindakan, bukan dengan seruan atau perintah. Misal ketika selesai bermain, guru membereskan mainan sambil bernyanyi dan biasanya anak-anak sudah tahu bahwa itu tandanya waktu bermain sudah selesai. Karena hal yang seperti ini dilakukan berulang-ulang setiap harinya REPETITION, maka tanpa disuruh, anak akan mengikuti guru membereskan mainan. Anakpun akan menangkap kesan bahwa aktivitas membereskan mainan adalah sesuatu hal yang menyenangkan karena guru melakukannya dengan bernyanyi, ekspresi wajah yang menyenangkan dan membereskan mainan tidak dilakukan dengan terburu-buru.

Kira-kira demikian gambarannya....

Sabtu, 05 Desember 2015

Workshop Batik

Workshop Batik Peace, Love & Hope
Tanggal : 12 Des 2015
Waktu : 08:30 – 12:00
Tempat : Jagad Alit - Waldorf
Jl Babakan Jeruk IIIE (Pasteur)
https://goo.gl/maps/rMdrCurYedH2

Peserta : usia 5 – 15 tahun, terbatas untuk 30 peserta
Biaya : 75.000 (untuk bahan & perlengkapan membatik)
Pendaftaran : Fitri ( WA : 08122 379 816 / iko.jericho@yahoo.com)

Peace, Love & Hope adalah suatu proyek anti kekerasan dan
anti-bullying yg unik dengan mengajak anak-anak umur 5-15 th untuk
berpartisipasi dalam perubahan melalui seni. Proyek ini dimulai tahun
2007 oleh Avy Loftus, seorang seniman dan guru asal Indonesia yang
tinggal di Montreal, Kanada

Dalam workshop ini anak-anak akan dibimbing oleh Avy Loftus untuk
mengekspresikan ide mereka tentang Peace, Love & Hope dalam selembar
kain. Karya anak-anak ini – bersama dengan karya anak-anak lain dari
negara lain – kemudian akan digabungkan dan dipamerkan di berbagai
tempat di seluruh dunia.

Sejauh ini Peace, Love & Hope telah menjangkau lebih dari 25 ribu
anak-anak di Canada, Amerika, Irlandia dan Indonesia. Proyek ini akan
terus berlanjut hingga mencapai 1 juta anak di seluruh dunia. Info
lebih lanjut dapat dilihat di : peaceloveandhopeproject.blogspot.com


Minggu, 22 November 2015

Free Parenting Session

Free parenting session

Sabtu 28 Nov 2015
11.00 - 12.30
Jagad Alit - Waldorf
Jl. Babakan Jeruk IIIE Bandung

Untuk para orang tua, kita kumpul lagi yu!
Kali ini kita akan membahas mengenai ritme keseharian di rumah. Ritme berbeda dengan schedule. Apa bedanya? Nanti kita bahas.

Dalam rangka mendukung deklarasi Hari Dongeng Nasional, akan ada juga sesi mendongeng yang mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi bagi para orang tua untuk mendongeng di rumah.

Konfirmasi melalui email jagadalit.waldorfschool@gmail.com


Selasa, 03 November 2015

Playdate parents and children

Hari Minggu yang cerah, Jagad Alit kedatangan tamu dari mamahsbandung. Ibu-ibu muda yang cantik-cantik beserta anak-anaknya dan beberapa jg hadir bersama Ayahnya. Tema kegiatan kali ini adalah Bersahabat dengan Alam. Sekitar 27 orang anak bersama dengan orang tuanya mengikuti kegiatan yang dimulai dengan bernyanyi, bergerak mengikuti lagu dalam lingkaran. Morning circle adalah kegiatan yang biasa dilakukan di sekolah Waldorf untuk melatih motorik anak sekaligus jg menanamkan kecintaan anak terhadap bahasa, karena lagu, pusi dan cerita dibuat dengan bahasa yang indah. Anakpun dapat bersosialisasi melalui kegiatan ini. 

Pagi datang
Malam pulang
Terbit mentari
Slamat datang hari

Slamat pagi bumi
Slamat pagi matahari
Slamat pagi pepohonan
Dan bunga di taman


Kemudian anak-anak mengumpulkan bebagai bahan yang ada di sekitar area outdoor Jagad Alit. Daun, ranting, pinecone, bunga yang dikumpulkan, akan dijadikan anak-anak untuk membantu semut membuat rumahnya. Anak-anak beserta orang tuanya membuat karya dari tanah liat dan bahan-bahan yang telah dikumpulkan tadi. 

Sekawanan semut berjalan perlahan
Berputar putar mengelilingi taman
Mencari tempat bertandang
Sekawanan semut berjalan cepat
Berputar putar mengelilingi taman
Mencari teman berkawan




Kegiatan ini tentu saja dapat menstimulasi indera anak, mengembangkan kreativitas dan tentunya bonding antara orang tua dan anak. Selesai membuat karya, acara ditutup dengan dongeng. Anak-anak mendengarkan cerita tentang seekor semut yang ingin menjelajahi hutan tetapi sang semut terlalu kecil untuk dapat melakukannya. Sang jerapah datang dan meminjamkan sepatunya agar semut bisa melangkah lebar-lebar. Namun sepatu itu terlalu besar utk tubuh semut yg kecil. Bukan hanya kakinya yang masuk, tetapi seluruh tubuh semut terperangkap dalam sepatu. Maka datanglah sang gajah yang ternyata menjadi penolong bagi sang semut. 


Semoga kegiatannya menyenangkan ya!
Oya, di sekolah Waldorf, transisi antar kegiatan tidak dilakukan dengan instruksi, melainkan dengan nyanyian. Hal ini dimaksudkan agar setiap transisi berjalan selembut mungkin, tidak bersifat memerintah. Begitu anak mendengar syair yang dinyanyikan, mereka mengerti apa yang harus dilakukan. Apa yang mereka lakukan muncul dari dalam dirinya sendiri, tanpa paksaan. 

Mencuci tangan
Hilangkan kotoran
Telapak tangan
Kuku dan jari
Pun bersih kembali


Hari sudah siang
Hati tetap riang
Tiap ada datang
Pasti ada pulang
Dengan hati lapang
Esok kita jelang

IG : mamahs_bdg 








Senin, 02 November 2015

Pendidikan mainstream, pendidikan alternatif, dan pendidikan Waldorf

Free parenting session tgl 31 Okt membahas ttg berbagai jenis konsep pendidikan yang ada. Mulai dari ruang kelas, area outdoor, mainan-mainannya, metoda pendidikannya, guru-guru dan cara pendekatan ke anak, dan banyak lagi. Mudah-mudahan apa yang dibawa pulang, dapat menjadi bahan pertimbangan memilih  konsep pendidikan yang paling baik untuk anak-anak kita. Setiap anak itu unik. Konsep pendidikan yang satu akan cocok untuk seorang anak, tetapi mungkin kurang cocok untuk anak yang lain.


Rabu, 28 Oktober 2015

Free Parenting Session

Bagi para orang tua yang memiliki anak usia 3-6th, sekarang ini banyak sekali sekolah yang menjadi alternatif. Mulai dari playgroup dan TK yang berkonsep umum atau yang mengusung konsep khusus seperti leadership based, entrepreneurship based, religion based, sekolah alam, Montessori, Waldorf, atau mungkin Reggio Emilia. Orang tua yang memilih homeschooling-pun biasanya menggunakan konsep tertentu untuk mendampingi anaknya. Pada dasarnya semua konsep memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak kita. Hanya saja pendekatannya yang berbeda-beda.

Pendidikan seperti apakah yang paling sesuai untuk anak kita?
Sharing yu! Supaya kita mendapatkan masukan-masukan untuk memilih konsep pendidikan yang terbaik bagi anak kita, baik bagi orang tua yang bermaksud untuk menyekolahkan anaknya ataupun orang tua yang memilih untuk homeschooling.

Free parenting session
Ditujukan terutama bagi para orang tua 
yang memiliki anak usia 3-6th
Sabtu 31 Oktober 2015
Jam 10.00-12.00
di Jagad Alit - Waldorf
Jl. Babakan Jeruk IIIB no 18 Bandung

Mohon konfirmasi kehadiran by email jagadalit.waldorfschool@gmail.com atau whatsapp ke 087823152314



Minggu, 25 Oktober 2015

Parenting Yoga

Menjaga Ketentraman Rumah Batin, Peneduh Bagi Sang Buah Hati
Pujiastuti Sindhu
24 Okt 2015

Seperti sebuah kolam, hati kita ada di dasarnya. Kita tidak pernah tahu ada apa di dalamnya karena bagian atas air tertutup kotoran-kotoran berupa pikiran yang selalu sibuk sehingga kita tidak bisa mengakses hati.
Menjaga ketentraman rumah batin artinya membuat fisik dan jiwa kita zero tension supaya air di dalam kolam itu menjadi bening.
Terimakasih untuk sharingnya Teteho...




Jumat, 23 Oktober 2015

Parenting yoga

Sometimes we as adult face the limit of our patience and it's quite hard to control our emotion. Daily light yoga exercise may help you to get more calm and relaxed in handling your children. Pujiastuti Sindhu from Yoga Leaf - Be Leaf Community will lead us and show you how to deal with your emotion when handling children. 


Sabtu, 17 Oktober 2015

Selasa, 13 Oktober 2015

All participants

Thank you for Steven Spitalny and all participants!


We look forward to see you at our study group 
Saturday Oct 17, 2015
10 -12.30
at Jagad Alit - Waldorf (Jl. Babakan Jeruk IIIB no.18 Bandung)

There will be discussion on middle and upper senses and also art work with clay
Confirmation : jagadalit.waldorfschool@gmail.com

Rabu, 30 September 2015

Rundown Workshop

Demi kenyamanan dan kelancaran acara, maka kami membatasi jumlah peserta workshop dan saat ini target peserta hampir terpenuhi. Terimakasih untuk teman-teman yang telah mendaftar. Berikut adalah rundown acaranya.

The Senses as The Windows to Connection With The World
Workshop with Stephen Spitalny
October 3, 2015
09.00 - 15.00
Jagad Alit - Waldorf Playgroup & Kindergarten
Jl. Babakan Jeruk IIIB no 18 Bandung

Registration fee 300K
(snack and lunch included)

To register, please contact 
fani.funy@gmail.com cc jagadalit.waldorfschool@gmail.com
limited for 25 seats


Kamis, 24 September 2015

Confirmed Oct 3, 2015
The Senses as The Windows to Connection With The World
Workshop with Stephen Spitalny

October 3, 2015
09.00 - 15.00
Jagad Alit - Waldorf Playgroup & Kindergarten
Jl. Babakan Jeruk IIIB no 18 Bandung

Registration fee 300K
(snack and lunch included)

To register, please contact 
fani.funy@gmail.com cc jagadalit.waldorfschool@gmail.com
limited for 25 seats


Minggu, 13 September 2015

Perkembangan Indera Anak

Manusia tidak hanya memiliki 5 panca indera tetapi ada 12 indera yang berkembang sesuai dengan tahapan usianya Perkembangan indera peraba, indera kehidupan, indera gerak dan indera keseimbangan pada usia 0-7 tahun akan mempengaruhi perkembangan indera di tahapan usia selanjutnya.
The Senses as The Windows to Connection With The World
Workshop with Stephen Spitalny

September 19, 2015
09.00 - 15.00
Jagad Alit - Waldorf Playgroup & Kindergarten
Jl. Babakan Jeruk IIIB no 18 Bandung

Registration fee 300K
(snack and lunch included)

To register, please contact 
fani.funy@gmail.com cc jagadalit.waldorfschool@gmail.com
limited for 25 seats

Dear friends... Mr. Stephen Spitalny has come to Indonesia. But due to unpredictable.medical necessity on Mr. spitalny's part, unfortunately we have to postpone the workshop. most likely until Friday, 2nd Oct.
Please wait for further confirmation.
---
Teman-teman... Mr Stephen Spitalny sudah tiba di Indonesia. Tetapi diakibatkan ada kepentingan mendadak yang menyangkut kesehatan pihak Mr. Spitalny, dengan terpaksa, kami menunda workshop ini. Diperikirakan hingga Jumat, 2 Oktober. Mohon tunggu konfirmasi selanjutnya.





Kamis, 10 September 2015

Stephen Spitalny - Workshop

"Image" yang kita berikan kepada anak adalah sumber informasi yang akan ditangkap oleh indera anak dan kemudian akan ditiru. Anak banyak belajar dari apa yang kita lakukan bukan dari yang kita perintahkan. Ketika kita ingin anak meminta maaf, daripada mengatakan, "adik, ayo minta maaf sama kakak ya," lebih baik kita yang memberikan contoh terlebih dahulu, "kakak sedih ya...maaf ya kak.." Hal ini kemudian akan ditiru oleh anak ketika menghadapi situasi yang serupa.

Sentuhan lembut yang kita berikan kepada anak, akan ditangkap oleh indera peraba anak.
Ketika anak tersandung batu dan kita tdk menyalahkan batu yang membuat anak terjatuh, hal ini akan ditangkap indera kehidupan anak bahwa sehat, sakit, gembira dan sedih adalah bagian dari kehidupan
Bahkan cara kita berjalanpun akan ditangkap sebagai image oleh indera gerak dan indera keseimbangan anak. Tidak jarang kita menemukan anak yang cara berjalannya mirip dengan cara berjalan ayah/ibunya.

Perkembangan indera peraba, indera kehidupan, indera gerak dan keseimbangan di usia 0-7th akan mempengaruhi kemampuan anak untuk mendengarkan dan memahami perkataan orang lain, menangkap dan mau menerima pendapat orang lain, memahami dan ikut merasakan atau berempati terhadap orang lain ketika anak telah mencapai usia 14-21th.

Berikut adalah petikan wawancara the wonder of the childhood dengan Stephen Spitalny yang akan datang ke Jagad Alit - Waldorf untuk memberikan workshop ttg perkembangan 12 indera anak.

I understand and have experienced the reality of imitation as the primary learning mode for the young child, so I try to do and say things that I would be happy if the children imitated.
For example when they have a conflict, instead of asking them questions I speak short statements on behalf of the children. I don’t ask the children to say this or that, or attempt a mediation session with the two parties. Let’s say Sally was playing with a particular doll, and Susie came along. Susie took the doll. Sally cried, Susie played with the doll. I say, with my hand outstretched, palm up, toward Susie; “It’s Sally’s turn now. You can have a turn next.”
Susie puts doll in my hand, I give it back to Sally. End of intervention.

I may have to repeat this basic scenario with these two many times, but eventually Sally might say when seeing Susie approach; “It’s my turn now. You can have it next.” Or Susie might say, “Can I have a turn with that doll?” The social realm is an important area to work with the principle of imitation for a variety of reasons including that it works.

I wouldn’t instruct a child to “Say you’re sorry.” I would instead tell the sad or injured child that “I am sorry.” My hope is eventually the child would imitate that sort of statement. I do sometimes say, “Jack is sad now. I wonder what we can do to help him.” Almost always the child who was related to the cause of the sadness will say, out of their own will taking hold, “I am sorry. Here, you can have it back.” Or, perhaps rub the injured child’s back, or something out of themselves that could be a help for the other, and they have already seen me act or speak in the same sort of manner.


Dear friends... Mr. Stephen Spitalny has come to Indonesia. But due to unpredictable.medical necessity on Mr. spitalny's part, unfortunately we have to postpone the workshop. most likely until Friday, 2nd Oct.
Please wait for further confirmation.
---
Teman-teman... Mr Stephen Spitalny sudah tiba di Indonesia. Tetapi diakibatkan ada kepentingan mendadak yang menyangkut kesehatan pihak Mr. Spitalny, dengan terpaksa, kami menunda workshop ini. Diperikirakan hingga Jumat, 2 Oktober. Mohon tunggu konfirmasi selanjutnya.




Kamis, 03 September 2015

Workshop - Parenting

Stephen Spitalny from http://chamakanda.com/
will give a workshop on September 19, 2015

"The Senses as the windows to connection with the world"



If you are interested, put your email address so we will give you details


Dear friends... Mr. Stephen Spitalny has come to Indonesia. But due to unpredictable.medical necessity on Mr. spitalny's part, unfortunately we have to postpone the workshop. most likely until Friday, 2nd Oct.
Please wait for further confirmation.
---
Teman-teman... Mr Stephen Spitalny sudah tiba di Indonesia. Tetapi diakibatkan ada kepentingan mendadak yang menyangkut kesehatan pihak Mr. Spitalny, dengan terpaksa, kami menunda workshop ini. Diperikirakan hingga Jumat, 2 Oktober. Mohon tunggu konfirmasi selanjutnya.


Jumat, 21 Agustus 2015

Finger knitting

Salah satu kegiatan yang dilakukan di Jagad Alit - Waldorf
Merajut dengan jari

Motorik halus
Koordinasi mata dan tangan
Fokus dan konsentrasi
Melatih kesabaran
Menghargai proses


Sabtu, 15 Agustus 2015

Green grass, papaya trees, banana trees and others are waiting for children to play
Jagad Alit-Waldorf Playgroup and Kindergarten


Jumat, 31 Juli 2015

Thank you for the apprecation
The article is on

Terimakasih untuk teman-teman study group. 
Semangat memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita!


Selasa, 26 Mei 2015

Wet on Wet Watercolour Painting

Working with wet watercolour paper, 
3 primary colours, and natural bristle brushes, 
the child spontaneously paints his own ideas.

Transparant and soft colour painting 
on the wet paper
let the child in their 
beautiful dreamy world 
to enhance their imagination