ditulis oleh : Bu Kenny
Sinar bulan pemberi terang
Angin bersilir sang juru bisik
Bintang gemerlap penghias malam
Menghantar ilham tak berpawang yang hilir mudik
Saya bukanlah pawang ide. Buah pikiran dari sebuah pohon yang tumbuh subur karena alam semesta dan Penciptanya. Inspirasi yang muncul dari orang-orang di sekeliling. Ilham yang datang dihantar bulan, angin, dan bintang di malam hari. Dan ketika pagi merekah hingga senja tiba, mentari adalah juru masak sang buah pikiran. Bagi segala gemerlap alam semesta karunia Yang Maha Kuasa, maka laknat dari sebuah kutukan tak kan mempan.
Hari Rabu tanggal 3 Juni pukul dua siang.
Terhidang sajian indah sepenuh hati.
Hasil dari sebuah ide tak berpawang.
Wujud upaya banyak tangan kanan dan kiri
Kami berkumpul dalam sebuah ruang virtual yang lapang. Pinjaman dari seseorang yang berhati lapang. Dari sekitar 250 orang yang menyatakan ingin hadir, sekitar 170 orang dari berbagai daerah di Indonesia dan negeri seberang dipertemukan dalam sebuah ruang pertemuan yang bertajuk "Menjadi Seorang Guru Waldorf." Lima orang guru menghantarkan sajian yang memiliki ciri khas cita rasa dari sekolahnya masing-masing.
Moderator : Nanda
Host : Andina
Co-host : Ari & Iwan
"Memahami suatu filosofi bukan berarti menelannya bulat-bulat sebagai sebuah dogma. Keterbukaan kita untuk mempelajari kehidupan merupakan jalan pembuka bagi kita untuk mendekati sebuah kebenaran yang hakiki." - Kenny, guru Jagad Alit Play & Kinder di Bandung -
"Saya merasa diperlukan keterbukaan untuk menggali lagi, belajar lagi. Bukan hanya tentang anak-anak tapi juga mengajari diri sendiri....Dengan belajar, saya merasa sedikit demi sedikit bertumbuh bersama anak-anak. Jadi bukan saya yang mengajari anak-anak, tapi saya yang banyak belajar dari anak-anak. Satu mentor pernah mengatakan You have to have something to be able to give. Apa yang bisa saya berikan..... Memberi menurut saya bukan apa yang saya inginkan sebagai orang tua, orang dewasa atau guru ingin berikan, tapi lebih kepada apa yang anak-anak perlukan."- Puspa, guru Madu Playhouse di Ubud Bali -
"Yang sangat berkesan bagi saya menjadi guru Waldorf adalah di persiapan dirinya.... Kalau kamu terpanggil, kamu harus bersedia untuk merubah dirimu (untuk menjadi a person of initiative, interested in every facet of life, never compromise with untruth and always be fresh, never sour)." - Erika, guru TK Arunika di Bandung -
"Pertemuan dengan Kulila, perjalanan saya sampai dengan hari ini bisa dibilang life changing experience karena aku merasa belajar Waldorf itu tidak hanya belajar bagaimana mendidik anak, tapi bagaimana kita mengenal diri kita, bagaimana kita menjalani kehidupan. Selama ini, anak-anak itu mengajari saya bagaimana menahan diri, tidak reaktif dalam menanggapi sesuatu. Saya juga belajar untuk bersyukur di setiap harinya. Ketika di Kulila, saya belajar menikmati keindahan yang ada di sekitar. Dan saya merasa betul ketika keindahan itu hadir di dalam diri saya, rasa syukur seketika hadir. " - Okta, guru Playgroup dan TK Kulila di Yogya -
"Saya background-nya belajar psikologi klinis anak di Unpad, jadi rasanya pendidikan Waldorf itu benar-benar memanusiakan manusia, menurut saya....holistik...memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan usianya, respect pada anak....pada fase mana anak itu berada. Semua berdasar kebutuhan perkembangan anak itu sendiri."- Demira, guru SD Madu di Ubud Bali -
Sebuah dongeng manis menutup ruang pertemuan kami kala senja kan bergulir malam. Menanti kembali hantaran bulan, angin malam dan bintang. Bagi hadirnya kembali sebuah ide tak berpawang. Dalam segala gemerlap alam semesta karunia Yang Maha Kuasa, dimana laknat dari sebuah kutukan tak kan mempan.
Rekaman zoom meeting Menjadi Seorang Guru Waldorf
Kanal youtube Waldorf Indonesia