Ketika kami merasa tangan, hati, dan isi kepala kami tidak mampu menuliskan apa yang telah anak-anak lalui dalam perjalanan mereka hanya dalam satu atau dua digit angka, abjad, ataupun simbol-simbol lainnya, ketika kami merasa tidak "berhak" menilai apa yang telah anak-anak lakukan, maka akhirnya kami "hanya" dapat bercerita mengenai perjalanan mereka.
Cerita itu diawali dengan pertanyaan Ibu Manda, salah seorang guru di Klab Anak Rabu sekaligus juga tempat kami bertanya ini dan itu. "Apakah udah tau gimana kepengennya orang tua dalam menyikapi raport? Apakah raport ini sangat penting dan sangat besar untuk orang tua? Jadi bahan orang tua menilai anak dan menilai sekolah seperti secara tradisional rapotan di Indonesia selama ini? Atau apakah rapotan ini hanya pelengkap dari peralatan pendidikan anak? Merupakan hal yang penting tetapi tidak sangat penting." Pertanyaan dalam beberapa kalimat yang kemudian kami cerna sebagai "Apakah kita, pihak sekolah, menginginkan orang tua memandang raport itu sesuatu yang segalanya yang dapat menjadi alat untuk menilai anak?" Suara hati ini kemudian menjawab "Tidak."
Maka kami merangkai ribuan kata dalam sebuah buku cerita perjalanan mereka. Buku ini dapat kami selesaikan dalam waktu yang tidak begitu lama, namun apa yang ada di dalamnya diambil dari cerita yang kami buat setiap hari. Apa yang dapat kami lihat, dengar, rasakan, dan kami ingat setiap harinya. Buku ini dan semua yang dilakukan anak-anak kemudian menjadi sumber pembelajaran kami. Dari anak-anaklah kami banyak belajar. Anak-anak adalah guru kehidupan bagi kami.
“Where is the book in which the teacher can read about what teaching is? The children themselves are this book. We should not learn to teach out of any book other than the one lying open before us and consisting of the children themselves.”
-Rudolf Steiner-
Maka jika kita mencari satu bentuk "penilaian" dalam buku itu, mungkin inilah yang dapat ditemukan, "Apakah kami memberikan lingkungan yang aman bagi anak baik secara fisik maupun psikologis? Apakah kami sebagai guru merupakan sebuah kurikulum? Karena anak akan meniru apa-apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan dari kami."
“You have no idea how unimportant is all that the teacher says or does not say on the surface, and how important what he himself is as teacher.”
-Rudolf Steiner-
“You will not be good teachers if you focus only on what you do and not upon who you are.”
-Rudolf Steiner-
Buku ini dan beberapa hasil karya anak-anak kami bagikan untuk dilihat, dibaca, dan dijadikan bahan refleksi di rumah, karena kami berharap buku ini tidak semata menghasilkan komentar spontan berisi pujian berlebih, evaluasi, ataupun komentar spontan membanding-bandingkan anak, "waahh...liat temen kamu udah bisa gambar orang." Kami ingin buku ini menjadi kenangan indah yang menggambarkan betapa besarnya perjuangan seorang anak dalam perjalanan hidupnya.
Dan saat ini adalah saat untuk mensyukuri dan merayakan perjuangan mereka hingga sampai pada moment kehidupannya saat ini. "Memaknai Hari Kelahiran," itulah tema yang kami ambil untuk moment ini bersamaan dengan kelahiran beberapa orang di Bulan Desember yang dalam perjalanan hidupnya dapat memberikan makna bagi kehidupan dirinya dan orang lain. Bersamaan juga dengan moment Hari Ibu di Indonesia. Betapa besar dan mulia perjuangan seorang ibu. Dan sebagai seorang ibu, ayah, ataupun guru, marilah kita membuka mata hati kita untuk merasakan betapa besar perjuangan seorang bayi di dalam kandungan, hingga ia menemukan jalan lahirnya, membuka matanya, menggerakkan tangan dan kakinya, sampai pada moment kehidupannya saat ini.