Rabu, 28 Desember 2022

SIMPLIFYING ENVIRONMENT - SIMPLIFYING TOYS

Tulisan ini diadaptasi oleh Ibu Kenny Dewi, guru Jagad Alit – Waldorf Play & Kinder, 
dari buku Simplicity Parenting yang ditulis oleh Kim John Payne. 
Penjelasan yang lebih detail dapat dibaca pada bab 3 dari buku tersebut.  


Tujuan simplifying toys :

1. Mengurangi jumlah mainan

2. Mengurangi kompleksitas mainan anak 


Beberapa manfaat simplifying toys :

1. Bukan hanya lebih menghargai mainan tetapi juga lebih menghargai aspek-aspek kehidupan 

3. Menangkap makna kata cukup/tidak berlebihan dalam hidup

4. Rentang fokus anak bisa lebih panjang

5. Bisa jadi hidup akan lebih tenteram


Mainan-mainan yang perlu dipertimbangkan untuk disingkirkan :

1.   Mainan yang rusak dan tidak dapat diperbaiki

Catatan : 

      • Mainan yang rusak tetapi dapat diperbaiki, perbaiki sekarang
      • Mainan yang rusak dan dapat diperbaiki tetapi belum tahu kapan bisa memperbaikinya, simpan di dalam box yang tidak dapat dijangkau oleh anak


2.   Mainan yang tidak sesuai lagi dengan usia anak

Mainan yang sudah ‘expired’, misalnya mainan baby gym, singkirkan/sumbangkan/berikan kepada anak yang usianya lebih sesuai


3.   Mainan yang terlalu fix atau terlalu detail

Mainan-mainan ini banyak ditemukan pada mainan-mainan karakter film, komik, acara TV atau yang sejenisnya. 


4.   Mainan yang yang terlalu rumit dan mudah rusak


5.   Mainan yang memberikan stimulasi tinggi pada anak

Mainan dengan cahaya, suara dan gerakan yang over stimulated/sensory overload.

 

6.   Mainan yang tidak enak dilihat

Misalnya boneka yang menyeramkan.


7. Mainan yang diberi label sebagai mainan untuk meningkatkan            perkembangan anak

Pemberian label mainan sebagai mainan yang dapat meningkatkan kreativitas, intelegensia, kemampuan sosialisasi, ataupun yang sejenisnya biasanya hanya sebagai salah satu strategi marketing. 


8. Mainan yang dibeli karena terpaksa atau karena pengaruh tekanan perasaan harus membeli

Mainan ini dibeli karena pengaruh pester power yaitu situasi dimana anak terus-menerus meminta untuk dibelikan suatu mainan karena pengaruh iklan atau karena teman-temannya memiliki mainan tersebut, “Teman-teman juga punya, masa aku ga punya.”


9.  Mainan yang mendorong permainan yang sifatnya merusak atau agresif

Misalnya pistol-pistolan atau senjata


10.  Mainan yang serupa jenisnya tetapi jumlahnya banyak

Misalnya anak sudah punya boneka gajah, tetapi kita berpikir kasihan boneka gajahnya tidak ada temannya. Kemudian kita membeli boneka gajah yang lain, lalu kita membeli juga boneka-boneka hewan yang lain. Jika mainan yang serupa sudah terlalu banyak, singkirkan/ sumbangkan.



Catatan tambahan :

  • Mengurangi jumlah mainan tidak perlu di hadapan anak dan tidak perlu meminta persetujuan anak.
  • Mainan yang sangat disukai anak/seringkali dimainkan, jangan disingkirkan. Tetapi kalau mainan tersebut masuk ke dalam 10 kategori di atas, cobalah untuk mengatakan bahwa mainan tersebut istirahat dulu, lalu simpan di dalam box di luar jangkauan anak
  • Mainan yang memiliki memori tertentu/ikatan emosional tertentu. bagi orang tua dan masuk ke dalam 10 kategori di atas, simpan di dalam box di luar jangkauan anak.
  • Jika ada mainan yang ingin disumbangkan/diberikan, pertimbangkan pula apakah mainan tersebut akan bermanfaat bagi anak lain. 
  • Open-ended toys merupakan jenis mainan yang dapat memberi ruang bagi imajinasi anak.
  • Lakukan simplifying toys ini dengan hati lapang, secara bertahap, perlahan saja, jangan malah membuat stress.