CERITA GURU

Kita dayung perahu ini bersama

ditulis oleh : Bu Kenny

Suatu kejadian yang tak pernah kita bayangkan. Sebagai manusia biasa yang banyak kekurangan dan kelemahan, kejadian seperti ini bukanlah sesuatu yang kita harapkan. Namun Yang Maha Kuasa sungguh mengetahui batas kekuatan kita. Dialah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk-Nya. 

Hari Minggu pagi tanggal 15 Maret 2020, saya menerima pesan WhatsApp dari beberapa orang tua yang menanyakan apakah Jagad Alit akan berkegiatan di hari Senin, terkait dengan surat edaran dari pemerintah bahwa semua kegiatan sekolah ditiadakan dan diganti dengan pembelajaran di rumah. Sebagai suatu keluarga besar dengan nama Jagad Alit yang membawa individualitas di dalam suatu komunitas yang jauh lebih besar, kami berembuk meminta masukan dari para orang tua. Hingga akhirnya dari tarik ulur rembukan itu kami mengkolaborasikannya. Ketenangan dan ketentraman bagi anak-anaklah yang kami utamakan. Tentunya hal ini juga bergantung pada ketenangan dan ketentraman hati para orang tua. Oleh karena itu agar orang tua bisa mempersiapkan apa-apa yg perlu disiapkan dan agar anak-anak tidak terkejut dengan perubahan yang tergesa-gesa, serta guna menghargai daya upaya semua pihak untuk memberikan lingkungan yang aman, maka hari Senin dan Selasa anak-anak akan berkegiatan di Jagad Alit seperti biasa. Adapun libur tengah semester akan kami majukan yaitu mulai hari Kamis tanggal 19 Maret. Namun jika ada anak yang kurang fit, kami menyarankan untuk istirahat di rumah, terlebih karena imunitas tubuh menjadi hal yang sangat penting saat ini. Alhamdulillah, dengan kehadiran lima orang anak, dua hari transisi itu berjalan dengan tenteram. 

"A healthy social life is found only when, in the mirror of each soul, the whole community finds its reflection, and when, in the whole community, the virtue of each one is living." -Rudolf Steiner-

Pesan WhatsApp kembali berdatangan di hari menjelang anak-anak semestinya masuk kembali pada hari Senin tanggal 30 Maret. Sekali lagi kami diberi kesempatan untuk bersama-sama memikirkan apa yang terbaik bagi anak-anak. Respon yang kami terima dari para orang tua sangat sangat menguatkan dan melegakan kami untuk mengambil langkah di saat seperti ini. Tak hanya sekedar mengikuti lembaga yang memegang otoritas tertinggi namun kami mengambil langkah berdasar apa yang kita semua pertimbangkan. Sangat melegakan ketika kita on the same page...on the same boat. 

Berdasarkan hal itu maka anak-anak akan stay at home sampai akhir April (berarti masuk tgl 4 mei) kecuali jika ada perkembangan situasi lainnya. Rentang waktu ini kami tentukan dengan harapan jika ada perubahan, maka kami dapat menyampaikan kabar gembira, instead of kabar perpanjangan "libur" sekolah. Kami guru-guru akan work from home dengan pengaturan ritme yang telah disepakati.



Semoga kita semua ada dalam raga yang sehat, hati yang tentram, dan nalar yang jernih. Semoga cahaya dalam kalbu kita menerangi dan menghangatkan diri kita dan orang-orang di sekeliling kita. 

We must eradicate from the soul
All fear and terror of what comes towards man out of the future.

We must acquire serenity
In all feelings and sensations about the future.

We must look forward with absolute equanimity
To everything that may come.

And we must think only that whatever comes
Is given to us by a world-directive full of wisdom.

It is part of what we must learn in this age,
namely, to live out of pure trust,
Without any security in existence.

Trust in the ever present help
Of the spiritual world.

Truly, nothing else will do
If our courage is not to fail us.

And let us seek the awakening from within ourselves
Every morning and every evening.

-Rudolf Steiner-





Permainan Nalar, Rasa, dan Karsa

ditulis oleh : Bu Kenny

Suatu perubahan, sesuatu yang baru, seringkali membuat kita berpikir ulang apakah perubahan ini baik adanya? Terkadang muncul rasa tak nyaman. Tak jarang kemudian terasa berat menjalankannya. Nalar, rasa, dan karsa sedang bermain. Bagaikan anak-anak yang sedang bermain di sebuah taman. Taman jiwa. Jika taman  itu aman dan indah, terawat penuh cinta, maka permainan akan bergulir dengan segala dinamika yang menyehatkan bagi anak-anak yang bermain di sana. Jika taman jiwa itu aman dan indah, terawat penuh cinta, maka permainan akan bergulir dengan segala dinamika yang menyehatkan bagi ketiga penghuni taman jiwa, yaitu sang nalar, rasa dan karsa. 



Senin tanggal 30 Maret 2020, kami para guru menjalankan ritme baru yang telah kami sepakati. Tentu saja nalar dan rasa saling tarik ulur ketika seolah-olah kami harus memindahkan kegiatan sekolah ke rumah. Bagaimana kami tetap bisa mendampingi anak-anak? Bagaimana kami tetap bisa menyapa, berbagi cerita dan tertawa bersama orang tua? Bagaimana kami tetap bisa berkarya sebagai guru tanpa memberatkan satu sama lain? 


Saat itu yang paling mendominasi nalar saya adalah saat ini anak-anak ada di tangan dan lingkungan yang sebaik-baiknya bisa mereka dapatkan yaitu orang tua dan rumah. Namun di saat seperti ini adalah tantangan tersendiri untuk bisa menjaga yang sebaik-baiknya itu tetap terpelihara. Rasa khawatir akan situasi sekarang, terkadang clueless, bingung apa yang harus dilakukan bersama anak sepanjang hari, mobilitas terbatas yang bisa menimbulkan kejenuhan, mungkin itulah yang dirasakan sebagian orang tua. Saya merasakan keterhubungan yang begitu besar dengan para orang tua dan anak-anak. Saat itu yang paling mendominasi ranah perasaan saya adalah bagaimana mengirimkan cinta kepada mereka. 


Ada beberapa prinsip yang tetap saya pegang di saat seperti ini. Saya tidak ingin bertemu anak-anak di layar kaca melalui segala macam teknologi yang tersedia. Kenapa? Ya karena intuisi saya berkata seperti itu. Dan kemudian setelahnya barulah saya menemukan sebuah artikel yang mengukuhkan intuisi saya :

"Kindergarten teachers should regularly advise the parents and make suggestions as to what they can do with their little ones. Kindergarten children should not see the kindergarten teacher speaking in front of the screen."

Dalam sebuah email saya dengan penulis artikel, beliau mengatakan :

"....because they cannot understand the level of reality. And therefor it is confusing, for us simple, we know it is just an image, little ones cannot distinguish that. 
For children in school is that different, they can understand the instructions of their teacher, if we explain that it is just a image what they see on the screen."


Prinsip lain yang tetap saya pegang adalah self directed unstructured free play. Maka saya berpikir bahwa saya ga akan memberikan tugas-tugas pada anak maupun orang tua. Apalagi kemudian orang tua diminta untuk meng-upload proses dan hasil tugas itu di media sosial sebagai "laporan" kepada pihak sekolah. Kalaupun sekarang saya melihat beberapa orang tua melakukannya, saya yakin bahwa kegiatan yang dilakukan tersebut (anak membantu memasak, membantu mencuci, membantu merapikan rumah, melakukan circle time, mendongeng, bermain, dll) adalah bagian dari ritme keseharian di rumah. Sesuatu hal yang natural yang berasal dari kehendak (will) anak melalui proses imitasi. Saya melihatnya sebagai usaha orang tua untuk menebarkan kebaikan melalui media sosial. Dan saya diliputi harapan besar bahwa ketika orang tua mendokumentasikannya baik melalui foto ataupun video, hal itu dilakukan tanpa membangunkan "kesadaran" anak. Saya punya pandangan tersendiri mengenai anak-anak yang secara sadar didokumentasikan ketika sedang melakukan sesuatu, apalagi kemudian jika anak melihat  hasil dokumentasi itu diupload melalui media sosial. 

Gambaran ritme harian di rumah

Hal lain yang saya pegang adalah sebisa mungkin berusaha untuk tidak memberatkan orang tua ataupun rekan guru yang lain. Saya ingin apa yang kita lakukan bersama adalah juga untuk menutrisi jiwa kita. Memperkaya akal, menenteramkan perasaan, dan memperkokoh kehendak untuk berbuat kebaikan. Malah terdengar berat ya? Hehe... Ikhlas adalah koentji!

Dari permainan nalar, rasa, dan kasa dalam situasi sekarang ini akhirnya kami para guru bersepakat akan ritme yang baru. Ritme Covid-19...haha.... Bukan.... Berilah ia nama Ritme bingkisan cinta.

SENIN : Guru melalui zoom membahas artikel atau buku atau sumber lain. Artikel/buku yg dibahas bisa apa aja yg bermanfaat lalu dibahas keterkaitannya dg waldorf. Setelah itu kita mengundang orang tua untuk bergabung melalui zoom. Ngobrol santai dilanjut berbagi dan berdiskusi ttg artikel yang telah dibahas sebelumnya oleh guru. 

SELASA : Sharing art work or other meaningful activities. Setiap guru membuat art work/gardening/ meaningful activities lainnya (tidak harus sampai selesai, berproses saja terus). Art work difoto, diberi caption (misal hasil drawing/painting/gardening/masak/dll dg caption : namanya telang. Kegemarannya memanjat pohon mangga. Tak jemu ia memandang awan dan merasakan hangatnya mentari. Suatu hari ia bermain air. Dengan hati riang ia memberi keindahan warnanya pada sang air. Peluk hangat dr Bu Kenny). Foto dan captionnya  akan diemail ke org tua dan minta org tua utk diprint, kasih liat ke anaknya, dan dibacakan captionnya. 

RABU : Seperti juga ritme sekolah yang seperti biasa, maka Rabu adalah hari libur

KAMIS : Guru melalui zoom membahas mengenai Jagad Alit. Evaluasi dan langkah-langkah yang perlu dilakukan. Selain itu guru membuat surat yang ditujukan kepada semua anak. Isi surat bisa pendek saja, menanyakan kabar orang tua dan anak-anak dan menceritakan bagaimana kabar guru. Surat difoto, lalu diemail ke org tua, minta org tua untuk diprint lalu dilipat dan kalau mau dimasukan ke dalam amplop. Org tua "mengirim"  surat itu ke anaknya (bisa pretend play pa pos) dan bacakan ke anaknya.

JUMAT : Guru membuat tulisan/artikel dari apa yg dilakukan hari Senin, Selasa, dan Kamis. Bisa dari sudut pandang thinking, dan atau feeling, dan atau willing. Tulisan ini akan dipost di medsos dan web JA


Bagaimana ritme ini berjalan? Bagaimana rasanya? Saya akan menuliskannya minggu depan ya...




Ritme Baru

ditulis oleh : Bu Mela


Selama bergabung dengan Jagad Alit sejak Agustus 2016, aku baru pertama kali menjalani kerja dari rumah atau kerennya disebut Work From Home. Beda banget rasanya. Butuh penyesuaian dari awal lagi, ritme berubah lagi. Tapi aku menikmatinya dan sedang menyesuaikan diri dengan ritme yang terbentuk secara otomatis. Rasa rindu sama anak-anak sudah ada sejak libur tengah semester minggu lalu.

Ini baru minggu pertama kami WFH. Senin kemarin kami ngobrol via ZOOM bersama para ortu murid. Heboh ya. Seru. Yaa kayak lagi kumpul sarseh, namanya juga ibu-ibu... Cukup mewakilkan dan mengobati rasa rinduku pada anak-anak.

Selasa, meaningful activity. Aku pilih untuk memasak. Hal yang selalu aku lakukan selama di rumah aja, ya masak. Tiada hari tanpa beraktifitas di dapur. Bikin sarapan, cemilan, makan utama. Mengingat dulu pernah masak kacang hijau di sekolah, jadi Selasa kemarin bikin kacang hijau. Tapi kali ini versi beda, pakai ubi cilembu. Siapa tau para ortu terinspirasi bikin juga di rumah untuk cemilan sehat anak-anaknya 😀

Kamis, bikin surat untuk anak-anak. Sebelumnya juga ga pernah bikin surat untuk anak-anak. Jadi teringat jaman aku SD, suka main surat-suratan sama temen sekelas, padahal tiap hari juga ketemu dan suratnya dikasih langsung ke orangnya 😅

Dengan menulis surat untuk anak-anak, mereka tau bagaimana kabar gurunya saat ini dan gurunya ngapain aja selama di rumah.

Teringat celotehan suara mereka, cerita, tingkah laku yang menggemaskan, jari jemari kecilnya yang membantuku melakukan kegiatan bermakna.

Masih banyak hari-hari berikutnya, semoga kita semua selalu dalam genggamanNya ya. Juga dikelilingi oleh hal baik di sekitar kita

Sehat-sehat semua. Perbanyak makan sayur dan buah ya. Sampai jumpa diwaktu yang sudah ditentukan Allah, entah kapan. Semoga segera ya!



Salam,

Ibu Mela 🤍





Seminggu Tak Bertemu. Apa Kabarmu?

ditulis oleh : Bu Irma


Begitu kurang lebih inti topik dalam kurun waktu seminggu ini. Iya seminggu, baru seminggu kami guru-guru Jagad Alit memulai WFH (Work Form Home) walaupun kami sebernya sudah hampir 2 minggu tak saling bertemu. Rasanya berbeda ya, sangat berbeda karena banyak sekali perubahan pola kerjanya yang tentunya merubah ritme, kebiasaan dan banyak hal lainnya. Mungkin pandemi ini sedang mengajarkan, memberi kesempatan dan juga menyadarkan bahwa manusia itu sejatinya bersahabat dengan perubahan, perubahan itu tidak buruk, perubahan itu pasti terjadi. Kita dulu kecil lalu tumbuh, berubah menjadi dewasa. Sebanyak itu pula kita mengalami perubahan. Kita (mungkin) pernah sangat sibuk di luar, (mungkin) saat ini berubah jadi sangat sibuk di rumah. Perubahan itu (harusnya) biasa. Mengambil hikmah lalu menentukan langkah adalah hal terbaik yang mungkin bisa dilakukan.


Kami akhirnya merancang ritme baru, menyatukan pemikiran dan ide2, mengolah ego, memperbesar toleransi hingga jadilah ritme yang selaras untuk kami. Senin kemarin adalah waktu untuk parenting bersama orang tua, melalui virtual meeting tentunya. Kapan lagi kalau ga "moment" ini kami bisa bincang2 banyak sama orang tua. Terlepas dari info yang berisi materi, kami pun mendapat info mengenai keadaan satu sama lain. Hal itu  tentunya penting bagi kami dan mengobati rindu kami baik pada para orang tua maupun anak-anaknya.


Selasa adalah waktu kami membuat artwork. Biasanya dalam seminggu hal-hal yang kami lakukan sudah tertata. Mulai dari menu masakan, aktivitas indoor dan outdoornya termasuk artworknya. Sekarang puter kepala se-puter-puternya buat nentuin mau bikin apa atau ngapain. Banyak banget ide-ide yang muncul di kepala sampe lebih lama mikir dari pada eksekusi. Dari parenting senin itu memang kekuatan orang dewasa ada dipikirannya dan kekuatan pikiran itu yang dapat membawa suatu keajaiban atau menjadi boomerang untuk diri sendiri. Akhirnya aku memutuskan membuat craft dari benang. Membuat sesuatu dan memberikan makna pada sesuatu itu. Ternyata membuat hal sederhana jadi lebih berharga rasanya. Finger crochet bulat kuning yang diberi nama Alamanda jadi! Artwork yang kami buat diperuntukkan kepada anak-anak. Semoga kalian suka, semoga kalian senang. Itu aja. Cukup.


Di hari kamis kami penjadi pujangga 😂. Membuat surat buat anak-anak. Sudah lama ingin jadi sobat pena, terwujudlah dalam "moment" ini. Sebuah kesempatan untuk kami memberi kabar pada anak-anak dan berbagi kisah. Hal ini biasanya kami sampaikan langsung setiap harinya. Respon anak-anak selalu jadi penghibur dan berkesan. Tingkahnya, ucapannya, pola pikirya seringkali "out of the box", lebih dari yang kami bayangkan. Beberapa balasan surat tersirat sampai pada kami. Haru! Rindu! Itu!


Sampai di ritme jumat. Waktu kami merefleksikan semuanya. Pandemi ini memang meresahkan namum sebagaimana kami selalu ingin membagikan gambaran pada anak-anak kalau "dunia itu baik", "dunia itu indah" tidak pernah kita coba lakukan untuk diri sendiri, maka hal itu akan terpancar dan ditangkap pula oleh anak-anak. Allah sudah merencanakan segala hal yang terbaik untuk kita semua. Menerima ketetap-Nya dengan penuh syukur dan sabar, tak lupa ikhtiar dan tawakal. Berharap setiap waktu yang dilalui bisa bernilai kebaikan dan esok bisa menjadi lebih baik.



Terucap Syukur


Irma Amalina










Tidak ada komentar:

Posting Komentar