Kamis, 26 April 2018

Bertumbuhnya karsa, rasa, dan akal




Pohon yang berbunga merah ini mungkin sudah puluhan tahun bertumbuh di halaman kami. Begitu setianya menemani anak-anak bermain. Berjatuhan bunganya, dikumpulkan anak-anak dan mereka menyebutnya “cabe,” saat mereka membuat masakan sup pedas yang dicampur adonan pasir dan air. Mereka menyebutnya “stroberi,” saat anak-anak meminta kami untuk merasakan masakan sup pedas dan melihat kami kepedesan, lalu mereka memberi kami minuman stroberi.

Suatu hari sang cabe dan stroberi bermunculan begitu meriah dan indahnya. Sepanjang perjalanan kami menemani anak-anak, konsep celebration ataupun festival masih terus berproses untuk bisa kami berikan kepada anak-anak. Celebration yg punya makna, bukan sekedar perayaan. Ketika bunga-bunga merah itu bermunculan begitu kentaranya, kami merasakan hadirnya bisikan sang alam.  Begitu merdu, begitu indah. Kami kemudian mengumpulkan bunga-bunga itu dan membuat lingkaran-lingkaran di atas rumput. Sesaat setelah anak-anak datang, terdengar suara mereka, “waahh apa ini?” Suara-suara kecil yang penuh rasa kagum dan takjub. 







Anak-anak kemudian lompat dari satu lingkaran ke lingkaran yang lainnya. Anak-anak kemudian ikut membuat bentuk-bentuk yang mereka inginkan dari bunga-bunga itu. Seorang anak membuat bentuk kucing!





Lalu kamipun ingin lebih menikmati keindahan sang bunga merah. Kami buat menjadi mahkota. Anak-anak semakin tenggelam dalam rasa keindahan yang tersaji.

Lalu salah seorang dari mereka berkata, “Aku mau tanem ini.” Ia menanam bunga itu! Anak-anak lain segera mengikuti, “Aku mau tanem ini.” Beramai-ramailah mereka menanam apa yang ada di sekitar mereka. Biji pinus, biji salak, bahkan rumput liar yg sdh tercabutpun mereka tanam. 



Begitulah mereka menumbuhkan karsa, rasa, dan akal. Willing, feeling, and thinking. Alam adalah harta karun bagi mereka. Kami hanya memberikan sedikit petunjuk dimana harta karun itu berada. Anak-anak menggali dan membuka kotak harta karun tersebut. Merayakannya....