Jumat, 15 Mei 2020

Orang Paling Berharga dan Berjasa

ditulis oleh : Bu Irma

Semenjak ngajar anak-anak rasanya banyak sekali belajar. Belajar langsung dari mereka. Aku si orang "dewasa" yang lebih banyak pake kepala buat hadapi ini dan itu. Suka bertanya-tanya kenapa dulu orang tua ku begini dan begitu.

Dari situ ku banyak cari tau, banyak diskusi, banyak merenung. Oh dulu mungkin ini alasan orang tuaku melakukan ini dan itu, mencoba memberi kasih sayangnya yg begini bukan begitu, dan lain-lain yang membuatku sadar dan lebih bersyukur atas mereka yang dikaruniakan-Nya untukku.

Terimakasih ibu bapa yang selalu berusaha memahami aku. Terimakasih para orang tua telah mengizinkan anaknya untuk ku banyak belajar dari mereka.
Hingga kapanpun mereka orang paling berharga di hidup ini.


Puisi tentang mereka:

Renung ku mengarah pada sosok istimewa
Ia tampan dan cantik jelita
Bagai pangeran dan putri raja

Tak kusangka raganya bak batu karang,
ombak apapun di hadang
berkali-kali dihantam tak pernah geram

Hatinya entah emas atau berlian
Bisa-bisanya kau indah sekali?
Di dalamnya ada tulus yang tak bisa di hapus
Menjadi sumber kekuatannya selama nafas berhembus

Aku ini manusia beruntung
Ada kepala mereka yang penuh data tentang cara membahagiakanku.
Ada hatinya yang penuh doa dan cinta untukku
Ada raganya yang sibuk memenuhi kebutuhanku dan melindungiku
Namun gilanya, kadang aku masih merasa fakir dengan semua itu 
Terhitunglah dosa demi dosa pada catatan amal ku
Bagai rekening hutang yang harus ku tebus

Ketika ku dengar bahwa lantunan doa yang hanya terucap di 5 waktu sholat tak cukup tuk menembusnya,
ku sadari itu memang tak akan pernah cukup
Tak Mungkin Cukup!
Kau bayar dengan harta dan dunia seisinya pun tak akan setara dengan nilai perlakuannya

Ya Allah jadikan kami hamba yang pantas menembus segala kebaikan mereka dan bawalah mereka yang bernama ibu dan bapak di sisi terbaik Mu
Di Jannah Mu
Aamiin

Rejeki yang Selalu Ada

ditulis oleh : Bu Mela

Tiap hari Senin adalah jadwal kami ngobrol-ngobrol bersama orangtua via zoom. Kemarin ga ada topiknya, ngobrol bebas yang berakhir dengan ngobrol feedback tentang ritme WFH kita selama ini dan tentang kegiatan dan bagaimana anak-anak di rumah. Senang rasanya mendengar feedback dari para orangtua. Ceritanya beda-beda banget, terdengar menyenangkan dan seru! Ternyata...... apa yang dibuat oleh guru-guru sangat dinanti oleh anak-anak :)

Bersyukur sekali berada di lingkungan seperti ini, di kelilingi oleh orang-orang baik yang saling mendukung. Rejeki ga melulu soal materi tapi kesehatan, teman baik, lingkungan yang nyaman merupakan salah (banyak) rejeki yang Allah kasih ke kita. Jangan pernah khawatir ga akan dapat rejeki. Dari salah satu kajian yang aku dengar, ustadznya bilang bahwa rejeki ga akan pernah habis selama kita hidup hingga kita meninggal nanti. Semua sudah diatur, baik yang kecil mau pun yang besar. Maka sebenarnya rasa kekhawatiran akan ga dapat rejeki itu adalah sia-sia. hehehe. Saatnya bersyukur yang banyaaaakkk..... yuuuu....

Kamis, 14 Mei 2020

Pusat Lingkaran

ditulis oleh : Bu Kenny

Ketika kita menggambar sebuah lingkaran. Dimulai dari satu titik dan akan berakhir di titik yang sama. Saat kita menggambar satu lingkaran yang sama berulang kali, seakan titik awal dan titik akhirnya menjadi tak kasatmata. Setiap titik pada sisi lingkaran dapat menjadi awal dan akhir. Sebuah rasa hadir. Rasa menyatu. Semua titik menyatu dan berbaur. 

Ketika kita menggambar satu lingkaran yang sama berulang kali, maka kita akan semakin merasakan kehadiran titik pusat lingkaran. Titik pusat ini pun tak kasatmata. Imajinasi kita yang dapat menghadirkannya. Sebuah rasa hadir. Rasa menyatu. Berpusat pada satu titik yang sama. 

Daya imajinasi pada satu titik pusat yang sama akan memungkinkan kita untuk menggambar lingkaran-lingkaran lain yang lebih besar atau lebih kecil dari lingkaran sebelumnya. Beberapa lapis lingkaran yang ukurannya berbeda-beda namun bentuknya sama. Sebuah rasa hadir. Rasa menyatu. Berlapis namun semua berada pada satu lingkaran yang besar. Semua berpusat  pada satu titik pusat yang tak kasatmata. 

Kini cobalah (atau bayangkan) masing-masing dari kita adalah titik-titik sebuah lingkaran. Berdiri melingkar...membentuk lingkaran. Lalu bersama-sama bergerak ke samping. Lalu cobalah (atau bayangkan) masing-masing dari kita bergerak maju mendekati titik pusat. Dan kemudian bergerak mundur menjauhi titik pusat.



Kita dengan berbagai perbedaan. Dalam satu lingkaran. Berbaur. Ketika kita bergerak, apa yang dapat menjaga bentuk lingkaran menjadi satu lingkaran yang sama dan tak terputus serta tetap berpusat pada satu titik imajiner? Apa satu titik imajiner itu? 

Niat.... Niat yang tulus. Dari sanubari. Dari nurani. Dari nurani yang tak pernah berpihak pada siapapun. Nurani yang suci yang sejatinya dimiliki setiap insan. Berasal dari Yang Maha Pencipta. Bergandengan erat menjaga sang nurani berada di pusatnya. 


Catatan :
Lihatlah proses menggambar anak. Bentuk awalnya adalah scribbles. Titik datang dari arah atas luar. Lingkaran sembarang atau spiral scribbles terbentuk. Wujud lingkaran makin nampak. Lalu sekitar usia tiga tahun, satu titik tampak di tengah lingkaran. Menakjubkan!








Jumat, 08 Mei 2020

Memang Berbeda

ditulis oleh : Bu Mela

Semalam aku melihat bulan yang sangat indah. Cahayanya sangat terang, bulat utuh dan begitu dekat dengan atap rumah. Bulan penuh pertanda memasuki pertengahan bulan. Tak terasa Ramadhan sudah setengah jalan. Setelah menjalani setengah perjalanan di bulan Ramadhan ini, memang terasa sangat berbeda. Sepi sekali. Jauh dari keluarga. Biasanya kalau awal Ramadhan aku berkumpul bersama keluarga. Aku dan keluargaku tinggal di kota yang berbeda. Untuk mengobati sedikit rindu, tiap hari kami selalu video call, terutama saat waktu sahur dan berbuka puasa. Terima kasih teknologi! 


Awalnya aku merasa khawatir & cemas saat tau bahwa Ramadhan bersamaan dengan pandemi. Tapi ternyata... pandemi membawa berkah tersendiri di bulan Ramadhan. Ramadhan di rumah aja bagiku sangat menyenangkan. Banyak waktu untuk belajar banyak hal, mengevaluasi diri sehingga menjadi lebih kenal dengan diri sendiri lagi, lagi dan lagi. Alhamdulillah... Memang semua yang terjadi pasti ada hikmahnya. Berharap setelah semua ini rampung, akan menjadi lebih baik. Manusia terhadap makhluk ciptaan Tuhan yang lain akan bisa lebih saling menghargai. 


Doaku semoga keluarga & teman-teman yg kini terpisah jarak bisa merasakan hikmah dari pandemi ini 🙏

Titik Terang

ditulis oleh : Bu Irma


Pada malam ke-15 Ramadhan langit tampak begitu Indah. Jernih, terlihat bintang-bintang bertebaran. Ada satu cahaya yang begitu terang. Bulan, seperti bohlam raksasa yang menerangi seluruh alam. Menerangi pikiran dan hati ku.




Aku mencoba merenungi apa yang terjadi pada diriku dari awal tahun ini hingga detik ini. Aku menghela nafas panjang dan mencoba mensyukuri semua yang terjadi. Semakin gelap malam, semakin terlihat sekecil apapun cahaya yang mucul. Mencoba menangkap hikmah dan melanjutkan perjalanan dengan lebih baik dan lebih bermakna.

Setengah ramadhan telah berlalu. Mari kita manfaatkan ramadhan yang masih tersisa dengan meluruskan segala niat dan tujuan hidup. Menjernihkan hati dari berprasangka. Menginjak rem sebelum melakukan ke jahilan. Memaksimalkan mebebar kebaikan dari apa yang sudah dibekali Tuhan.

Satu kutipan yang ku ingat dari guruku.

"Lakukanlah semampu kalian dalam beramal. Jika bisa 100% lakukan 100%, jika mampu 90% lakukan 90%, seterusnya hingga jika kita hanya mampu melakukan 1%, tetap lakukan 1% tersebut."

Semoga apa yang kita usahakan, meski jauh dari sempurna, jauh dari ideal, tetap bisa menghantarkan kita menjadi individu yang lebih baik lagi.

Kamis, 07 Mei 2020

Janji Langit, Bumi dan Manusia

ditulis oleh : Bu Kenny


Bulan tak pernah ingkar menjadi sabit 
Ia pun tak pernah ingkar menjadi purnama

Senja tak pernah ingkar tuk datang kembali
Tak pernah ingkar mengantarkan siang kepada malam

Komitmen langit pada janjinya
Tak akan pernah goyah

Hingga mungkin suatu saat nanti
Hingga langit benar-benar tak dapat mempertahankannya

Namun apa yang terjadi di bawah sana?

Air tak henti beriak
Tak pernah berkomitmen untuk diam
Namun ia selalu mengisi ruang-ruang yang kosong

Tanah pernah bergoncang
Tak lagi mempertahankan komitmennya menyangga bumi
Namun ia selalu menjadi tempat kembali

-----------------------------



Komitmen, integritas dan mungkin juga konsistensi adalah tiga kata yang cukup sulit untuk dipertahankan. Padahal ketiga kata ini mengandung unsur bagaimana seseorang mempertahankan sesuatu yang telah ia janjikan. Mempertahankannya dalam kata yang sejalan dengan perbuatan. 

Tentu ada suatu saat hadir yang namanya perubahan. Perubahan yang sejatinya berasal dari nalar. Hasil cernaan di kepala. Berharap bahwa perubahan itu adalah sesuatu yang lebih baik, lebih matang dicerna dari hasil pemikiran terdahulu yang kurang matang, yang mungkin terjadi karena terlalu reaktif akan suatu kondisi. 

Wajar saja terjadi. Manusiawi. Namun seperti langit, ketika ia tak dapat mempertahankan komitmennya, ia akan memperlihatkan tanda-tandanya. Seperti senja yang menggantikan siang menjadi malam, ialah pembawa berita manakala tiba saatnya siang tak lagi dapat mempertahankan keberadaannya. Namun....bukankah siang telah menyelesaikan tugasnya dan berkomitmen memberikan tempatnya pada sang malam? Bukankah siang menepati janjinya untuk kembali lagi esok hari? 

Bagaimana dengan kita? Apakah kita seorang manusia yang memiliki integritas, melakukan sesuatu sesuai apa yang kita ucapkan, sesuai dengan yang sudah kita janjikan menjadi sebuah komitmen? Apakah kita adalah senja yang tidak menyebabkan terang tiba-tiba menjadi gelap? Apakah kita adalah senja yang memberikan kabar jika ada suatu perubahan?