Sabtu, 30 Desember 2017

"Mengajarkan" Rasa Bersyukur pada Anak

Bukan hafalan doa yang kami berikan. Bukan pula nasihat. Bukan juga penjelasan panjang lebar, ataupun sebuah suruhan, melainkan ungkapan rasa syukur yang kami ucapkan sebelum menikmati makanan yang tersaji di meja makan.


Tanah tempat biji tumbuh
Matahari beri kehangatan
Hujan yang memberi kesejukan
Hingga tumbuh daun dan buah
Tangan kanan dan tangan kiri yang mengolah
Hingga tersaji makanan sehat
Membuatku tumbuh tinggi kuat
Kumakan makanan yang baik
Kuberkata perkataan yang baik
Terimakasih pada kalian
Terimakasih pada Pencipta


Waktu makan adalah waktu dimana anak-anak menyambut apa yang tersaji di meja makan dengan senyuman. Bersyukur akan apa yang tersaji dan menikmatinya dalam kehangatan.

Kami menggunakan sebisa mungkin apa yang tumbuh di sekitar kami. Kami memberi kesempatan pada anak untuk ikut memasak. Mereka akan mengetahui darimana dan bagaimana makanan dapat tersaji.

Saat circle time dan story time, kami memasukkan cerita, lagu, dan kata-kata berima yang menggambarkan keindahan alam. Sebelum makan, kami memberikan kata-kata yang menggambarkan bagaimana tanah, hujan, dan matahari memberikan perannya sehingga tumbuh daun dan buah. Tumbuh rasa kagum akan kebesaran alam semesta yang akan menjadi fondasi akan rasa syukur kepada Pencipta.

Anak-anak menunggu hingga semua teman-temannya mendapatkan makanan yang tersaji. Anak-anak menunggu hingga guru selesai mengucapkan kata-kata syukur. Delayed gratification adalah kemampuan untuk menahan diri/menunda kepuasan. Sebuah eksperimen yang dikenal dengan Marshmallow test menghasilkan kesimpulan bahwa ketika dewasa, anak-anak akan memiliki daya konsentrasi dan logika yang tinggi, mampu berada di bawah tekanan, dan akan lebih tenang ketika "terlatih" untuk menunda suatu kesenangan.

Tulisan menarik tentang delayed gratification http://mommiesdaily.com/2013/05/16/%E2%80%9Ctunggu-dulu%E2%80%9D%E2%80%94manfaat-menahan-diri/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar