Kamis, 15 Maret 2018

Kreatif Mendampingi Anak tanpa Screen Time



Screen time = waktu yg digunakan bersama dg layar monitor yg sedang menyala Termasuk layar monitor sebagai background, yaitu saat monitor tetap menyala meskipun tidak ada yang menonton. TV, hp, ipad, acara tv, youtube, game (plant vs zombie, angry bird,dll), film (dora, sesame street, barney, baby einstein, pj masks, sponge bob, upin ipin, toy story, frozen, dll), media sosial (fb, ig, dll), skype, facetime, video call. Semua adalah hal-hal yg berkaitan dg screen time.

Asosiasi dokter anak di Amerika mengatakan no screen time for children under 2
Alasan org tua memberikan screen time :
- Always entertain  children. Kegitan apa lagi ya? Khawatir anaknya bosan.
- Memberikan educational program
- Melatih bicara
- Baby sitting
- Pacifier

PENDIDIKAN WALDORF

Saya akan mencoba menceritakan dulu pengaruh screen time thd anak melalui konsep pendidikan waldorf. Kenapa? Karena pendidikan waldorf bisa dikatakan sebuah konsep pendidikan yang menggunakan pendekatan holistik/menyeluruh.

Kenapa bisa dikatakan holistik? Karena pendidikan diberikan bukan hanya melalui kepala (aspek intelegensia) tetapi jg melalui tangan dan hati.

Kenapa bisa dikatakan holistik? Karena tangan, hati dan kepala dapat “digerakkan” melalui stimulus-stimulus yg dialami anak pada 12 inderanya. 12 bukan hanya 5.



0-7th. TANGAN – melalui indera touch, life, movement, balance – mengenal diri sendiri

7-14th. HATI – melalui indera sight, taste, smell, warmth – mengenal lingkungannya

14-21th. KEPALA – melalui indera hearing, word, thought, ego – mengenal orang lain

Kenapa bisa dikatakan holistik? Karena proses pembelajaran melalui tangan, melalui indera touch, life, movement, balance akan menumbuhkan WILL. Proses pembelajaran melalui hati, melalui sight, taste, smell, warmth akan menumbuhkan FEELING. Proses belajar melalui kepala, melalui indera hearing, word, thought dan ego akan menumbuhkan THINKING. 

Anak  : mencoba/melakukan sesuatu dulu (melalui proses imitasi), kemudian merasakan senang/tdk, kemudian proses berpikir. Misal saat melukis, anak ingin melukis juga saat melihat guru melukis, kemudian terlihat mereka menikmati momen, dan baru kemudian ada anak yang berkata “liat jadi orange!” saat cat berwarna merah dan kuning mengalir di atas kertas. 

Org dewasa : berpikir dulu (bisa/engga, manfaatnya apa, kalau begini bagaimana, kalau begitu bagaimana), mencoba/melakukan, baru kemudian merasakan. Misal saat melukis,  orang dewasa akan berpikir dahulu mau ngelukis apa, lalu mencoba, dan kemudian merasakan apakah melukis itu menyenangkan atau tidak. Atau bisa juga berpikir dulu, merasakan, baru kemudian mencoba. Contoh, ketika datang ke acara ini dan saya bilang dampak negatif screen time. Kita tidak akan langsung melakukan sesuatu untuk meminimalkan screen time tetapi pasti ingin tahu dahulu apa dampaknya? Kenapa? Bagaimana caranya meminimalkan screen time? 

Saya akan fokus pada perkembangan indera usia 0-7 tahun

TOUCH
Indera yang memberi tanda keberadaan diri kita. Coba raba pipi, tangan, kaki. 

Indera yang memberi tanda keberadaan benda-benda lain di luar diri kita. Coba raba karpet, pegang tangan orang di samping kita. 

Kita menjadi tahu batas antara diri kita dan apa yang ada diluar kita. Kalau kita tidak tahu batasnya, maka kita akan membentur sesuatu saat berjalan atau kita akan memukul teman, padahal maksudnya mau menyapa. Kalau kita memejamkan mata, lalu berjalan, apa yg kita lakukan? Kalau kita tidak dapat meraba, kita menjadi waswas, merasa tidak aman dan merasa tidak percaya untuk melangkah atau utk melakukan sesuatu. 

Stimulasi : eksplorasi anggota tubuh kita (bayi memainkan jari-jarinya), eksplorasi segala yang ada di sekeliling, sentuhan, pelukkan


LIFE
Indera yang memberi tanda sehat/tidak, nyaman/tidaknya tubuh kita. 

Stimulasi : ritme yang sehat (breathing in-out). Ada saatnya tidur dan ada saatnya bangun. Ada saatnya melakukan kegiatan yang fokus ke dalam diri dan ada saatnya melakukan kegiatan yang berorientasi keluar diri. Ada saatnya melakukan kegiatan yang santai atau tenang dan ada saatnya melakukan kegiatan yang mengeluarkan energi. Merasakan sakit ketika kondisi tubuh tdk fit atau ketika jatuh

MOVEMENT
Indera yang memberi tanda keberadaan anggota tubuh kita melalui gerakkan otot dan sendi-sendi. Kita tahu dimana harus menempatkan tubuh kita. Kita menjadi terampil dalam melakukan gerakkan. Misal anak naik tangga. Setelah sekian kali trial and error, anak menjadi terampil menempatkan kaki dan tangannya.

Stimulasi : Eksplorasi berbagai  gerak. Imitasi gerakan tubuh, bukan hanya fisik tetapi juga gesture, ekspresi, feeling. 

BALANCE
Indera yang memberi tanda bahwa kita dapat “mengalahkan” gravitasi. Koordinasi antara bagian tubuh yg kiri dengan yg kanan. 

Stimulasi : Eksplorasi gerak. imitasi gerakan tubuh, menikmati momen diam dan tenang



PENGARUH SCREEN TIME (nonton TV, youtube, game, acara edukatif, hp, ipad, komp,dll) TERHADAP INDERA

Semakin intens screen time, semakin besar kecenderungan gangguan terhadap indera :
TOUCH
Waktu untuk mengeksplorasi sekeliling termasuk bermain diluar untuk mendapatkan stimulasi alami dari alam spt rumput, tanah, daun, bunga, embun di pagi hari, air, batu, dll berkurang. 
Waktu untuk berinteraksi dengan orang lain melalui sentuhan, berpegangan tangan, pelukkan, dll berkurang
Jika terjadi hambatan sense of touch, maka kemungkinan akan mengalami :
TACTILE DEFENSIVE  kurang interaksi fisik dengan lingkungan sekitar menyebabkan anak menjadi waswas, khawatir, ragu-ragu, tidak percaya terhadap lingkungan, tidak percaya diri dlalam melakukan sesuatu  akan berdampak pada perkembangan indera ego/I/keberadaan dirinya/eksistensi dirinya/perkembangan jati dirinya saat anak memasuki periode usia 14-21 tahun  SENSE OF EGO

LIFE
Overstimulation. Tampilan yg begitu “kaya” akan stimulasi sensori membuat anak kewalahan
Blue light adalah spektrum warna yang memiliki panjang gelombang terpendek sebelum ultra violet. Makin pendek panjang gelombang, makin tinggi energi yg terkandung di dlmnya, sehingga blue light menjadi lebih mudah berpendar dibanding warna yg lain. Menyebabkan digital eye strain, menghambat produksi hormon melatonin sehingga anak sulit tidur. Ketika kita memberikan screen time pada anak sebelum tidur, maka kadar hormon melatonin akan menurun hingga 23 persen. Anak menjadi sulit tidur.  Apa yg terjadi dg anak yg kurang tidur? Sedangkan pada siang hari, blue light akan membuat anak terlalu waspada karena rendahnya melatonin. Ditambah lagi dengan efek overstimulation. Maka anak akan terlalu terjaga, terlalu waspada, overwhelmed/kewalahan. Ditambah lagi jika anak kurang mendapatkan stimulasi pada indera perabanya, maka anak akan terlalu terjaga, terlalu waspada, overwhelmed/kewalahan, merasa was was, khawatir, merasa tidak aman, tdk percaya pada lingkungan sekitarnya, tidak percaya pada dirinya sendiri  kondisi yg mengindikasikan ADD/ADHD.
WELL BEING TERGANGGU   jika kondisi tubuh kita tidak sehat maka energi (life forces/etheric forces) akan terpusat untuk memperbaiki kondisi tubuh, sehingga kita menjadi sulit untuk berpikir, sulit untuk konsenstrasi. Pernahkan ketika kita sakit, lalu kita diminta untuk memikirkan sesuatu?  akan berdampak pada SENSE OF THOUGHT saat anak memasuki periode usia 14-21 tahun. Lebih jauh lagi adalah jika sense of thought terganggu, maka kitapun sulit untuk menerima pemikiran orang lain.  

MOVEMENT 
Waktu untuk mengeksplorasi sekeliling termasuk bermain diluar untuk mendapatkan stimulasi ataupun melakukan berbagai gerak dan keseimbangan (berjalan, berlari, memanjat, melompat, dll) berkurang.
Imitasi gerak tubuh yg alami sbg manusia, termasuk gesture, ekspresi, feeling tdk dpt diperoleh dari apa yang dilihat di TV. 
ORIENTASI SPASIAL TERGANGGU.  KEMERDEKAAN UNTUK BERGERAK TERGANGGU  kendala dalam berbicara, karena berbicara bukan sekedar mengeluarkan suara tetapi mengeluarkan kata bermakna sekaligus juga mengekspresikannya melalui body language.  akan berdampak pada SENSE OF WORD saat anak memasuki periode usia 14-21 tahun.

Peneliti senior dr Catherine Birken dari Hospital for Sick Children mengatakan paparan gadget bisa membuat bayi telat berbicara. Hal ini terbukti setelah memeriksa data dari 900 bayi. Di mana setiap 30 menit pemakaian gadget bersiko terjadinya hambatan bahasa ekspresif bertambah menjadi 49%.
Anak tdk dpt mengekspresikan kata-kata melalui facial expresion dan body language, maka iapun tdk mengerti non verbal communication yg diberikan oleh orang lain  kendala dalam empati  kendala dlm bersosialisasi. 

BALANCE
Waktu untuk mengeksplorasi sekeliling termasuk bermain diluar untuk mendapatkan stimulasi ataupun melakukan berbagai gerak dan keseimbangan (berjalan, berlari, memanjat, melompat, dll) berkurang.
Imitasi gerak tubuh yg alami sbg manusia, termasuk gesture, ekspresi, feeling tdk dpt diperoleh dari apa yang dilihat di TV. 
Situasi diam, tenang, hening tdk dialami anak saat menonton TV ataupun aktvitas gadget lainnya

FOKUS TERGANGGU karena anak tidak dapat diam dan tenang pada satu posisi pada rentang waktu tertentu  anak terus mencari titik keseimbangannya. Selalu terus mengerahkan energinya utk melawan gravitasi. Jika keseimbangannya terganggu spt ini maka anak tdk dpt mendengar dg baik  akan berdampak pada SENSE OF HEARING saat anak memasuki periode usia 14-21 tahun.
  Anak memiliki kendala dlm mengekspresikan apa yg ada di kepalanya melalui sense of word dan memiliki kendala utk dpt mendengar dan mengerti apa yg disampaikan orang lain  masalah emosional  kondisi yg mengindikasikan ADD/ADHD.


PENGARUH SCREEN TIME (nonton TV, youtube, game, acara edukatif, hp, ipad, komp,dll) TERHADAP WILLING, FEELING, THINKING

WILLING
Kemauan yg berasal dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Visual dan audio stimulation yang begitu memesona dari screen menyebabkan hal-hal lain yang alami yang ada di sekitar kita dimana visual dan suaranya tidak sehebat screen, akan menjadi sangat tidak menarik dan membosankan. Anak menjadi malas untuk bermain, malas membaca buku, gelisah ketika mendengarkan dongeng. 
Pengaruh terhadap delayed gratification – tinggal touch, geser, tekan. Serba instan. Anak menjadi tidak sabaran. Kalau kemauannya tidak segera terpenuhi akan rewel/tantrum. Tidak dapat menikmati proses.

FEELING
Menimbulkan perasaan sedih dan senang yg berlebihan akibat produksi dopamin yang kurang atau berlebihan. Seperti pengaruh kokain.
Lebih mudah kesal/marah/agresif karena kurang delayed gratification dan tidak dapat fokus (tidak dapat memproses internal dan eksternal environment-nya). 
THINKING
Pengaruh thd fokus – jump cut - There are 10 screen shifts in the first twenty seconds of that clip.  That’s a screen shift every 2 seconds . 
Tdk mampu membangun inner picture. Imagination. Abstract thinking
Jika kita berpikir bahwa kita harus menemani anak setiap waktu ataupun menggunakan media (TV, video game, gadget, dan yang sejenisnya) agar anak tidak bosan, maka mereka tidak mendapat kesempatan untuk belajar bermain sendiri. Mereka tidak akan berada pada momen dalam keadaan tidak tahu apa yang harus dilakukan – mencari gambaran dari dalam diri sendiri – menciptakan sesuatu dari dalam diri dan mengekspresikannya keluar diri.
Membiarkan anak merasa bosan berarti kita membantu dan memberi kesempatan kepada anak untuk menjalani proses “inner creativity.”
Jika kegiatan-kegiatan anak berasal dari luar (TV, video games, gadget, atapun aktivitas yang diarahkan orang tua), maka kemampuan anak untuk menciptakan kreasi-kreasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri tidaklah berkembang. Imaginasi dan kreativitas anak akhirnya terhambat.
Apa yg dialami anak akan disimpan di dalam memori dan dibawa tidur. 


ALTERNATIF KEGIATAN PENGGANTI SCREEN TIME
Jangan khawatir anak bosan karena mereka memiliki sesuatu dalam dirinya. Mereka punya imajinasi sebagai cikal bakal kreativitas. Selama kita tidak spoon feeding dan selama kita menyediakan lingkungan yang sehat, imajinasi mereka akan berkembang.

BUATLAH RITME HARIAN (BREATHING IN-BREATHING OUT). Ritme harian dapat diisi dengan :

1. Circle time
2. Finger play
3. House chores. Ikut melakukan pekerjaan rumah tangga sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan anak
4. Permainan tradisional – Paciwit-ciwit lutung, endog-endogan, main karet, main sondah, maen gerobak-gerobakkan, kelereng, spintrong, lompat tali
5. Arts and craft . Banyak sumber yang dapat dijadikan bahan referensi. Googling “nature crafts”
6. Mendongeng. Bisa dilakukan pada waktu tertentu atau sebelum tidur. Dapat dilakukan dengan memijat menggunakan telunjuk dan jari tengah berputar di punggung 

Catatan :
Pada acara parenting ini, peserta diminta untuk berjalan sambil menutup matanya untuk merasakan perasaan waswas, merasa tidak aman dan merasa tidak percaya untuk melangkah atau utk melakukan sesuatu, jika kita tidak mengetahui batas antara diri kita dan apa yang ada di sekitar kita. Hal ini berkaitan dengan sense of touch 
Peserta juga menikmati dongeng indah dari Ibu Manda untuk mengetahui bagaimana stimulasi sensori yang dibutuhkan oleh anak, dibandingkan dengan stimulasi sensori yang berlebihan dari apa yang dilihat di layar
Peserta juga melihat dua buah video youtube yang menggambarkan bagaimana seorang anak terlalu larut dalam kesedihannya ketika menyaksikan adegan sedih sebuah film. Pengaruh dopamin terhadap feeling
Peserta melihat potongan film sponge bob yang menampilkan banyak jump cut/scree shift yang mempengaruhi kemampuan anak untuk dapat fokus terhadap hal-hal tertentu
Peserta diajak untuk membuat apa saja dari bahan-bahan alami dan sederhana (potongan kayu, kulit mahoni, daun, kain) untuk merasakan betapa besar imajinasi dan kreatifitas seorang anak
Peserta diajak untuk melakukan circle time dan finger play
Peserta melihat bagaimana mendongeng dengan menggerakkan jari dan telunjuk di atas punggung anak, dimana daerah punggung/tulang belakang adalah salah satu daerah yang sensitif untuk merasakan sentuhan termasuk ketika kita hendak memberikan ketenangan pada anak. 



Jangan sampai pendidikan yg kita berikan hanyalah mencetak sarjana sebagai sekrup industri sebanyak-banyaknya, yang akan menjalani ritme hidup ‘I don‘t like Monday’ dan ‘Thanks God It‘s Friday’, Pendidikan hendaklah menjadikan kita sebagai manusia yg merdeka yg bisa memberikan makna bagi kehidupannya dan bagi orang-orang dan makhluk lain di sekelilingnya

Ingat lagi bahwa salah satu kemungkinan pola belajar umumnya orang dewasa adalah THINKING – FEELING – WILLING. Saat ini kita sudah tahu bagaimana dampak sreen time. Kemudian apa yang sudah kita ketahui itu kita rasakan dalam hati. Apakah hati kita berkenan menerima pengetahuan tersebut. Baru kemudian setelah yakin, kita melakukannya. Untuk melakukan sesuatu, butuh will power. Untuk melakukan suatu perubahan, butuh will power. Dimulai dari diri  kita sendiri. Jangan sampai kita sibuk menyuruh anak untuk beranjak dari depan TV, sementara kebanyakan waktu kita dihabiskan bersama dengan gadget. 

Disusun oleh Kenny Sidkar
Disajikan pada acara free parenting 10 Maret 2018 yang diadakan oleh :
Asosiasi Waldorf-Steiner Indonesia
Jagad Alit Waldorf Play and Kinder
Arunika Waldorf





Tidak ada komentar:

Posting Komentar